Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

4 Cara Ibu Bahagia Mengelola Emosi

Monday, February 5, 2018
Pekerjaan seorang ibu tak ada habisnya. Pagi, sebelum anggota keluarga lain bangun, ibu harus bangun paling pertama menyiapkan sarapan, menata pakaian kerja dan seragam sekolah, membersihkan rumah, dan setumpuk pekerjaan domestik lainnya. Setelah anak bangun, rumah yang rapi jadi berantakan lagi. Mainan berserakan di lantai, makanan ada yang tumpah, grrr! Trus, kapan ibu bisa istirahat?

cara supaya ibu tidak mudah marah
Rumah bersih dan rapi seperti ini membuat ibu bahagia. Alhamdulillah, ya.
Hihihi, saya geli sendiri membayangkan hal di atas. Iya betul pekerjaan ibu memang luar biasa. Itulah mengapa Allah memberikan kekuatan dan kesabaran yang besar pada seorang ibu. Di balik tantangan yang tak ada habisnya, tersimpan banyak pahala bila ibu melakukannya dengan ikhlas dan penuh cinta.

Saya sempat mengalami kekagetan saat awal menjadi ibu, terutama ketika tinggal pisah dengan orang tua. Seharian harus mengelola rumah bersama SID yang saat itu masih di bawah setahun. Jika kelelahan, kadang mudah naik pitam. Anak dan suami ikutan kena semprot. Ups! Begini ya hidup mandiri.

Ini masih satu anak, lho. Bagaimana dengan teman yang mengurus rumah dengan tujuh anak? Atau Gen Halilintar yang tinggal bersebelas? Rupanya ada tips mengelola emosi bagi ibu supaya ibu bahagia menjalani perannya.

Berdamai dengan Diri

Sebelum membangun keluarga bahagia, ibu harus berdamai dengan diri sendiri. Pola pengasuhan ataupun sikap  ibu sekarang ini kemungkinan berdampak dari inner child. Emosi, nada tinggi, atau “ringan tangan” dimungkinkan karena kejadian buruk di masa lalu ibu. Well, saya bukan pakar di bidang inner child namun dari beberapa literatur yang saya baca, butuh proses menemukan – menerima – memaafkan kejadian-kejadian negatif di masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu. Ibu punya kesempatan mengasuh anak dengan pola yang lebih positif.

Inner Child
a person's supposed original or true self, especially when regarded as damaged or concealed by negative childhood experiences.

Saat mengenal istilah inner child, saya teringat satu buku yang saya baca ketika sekolah. Buku tersebut diangkat dari kisah nyata Billy Milligan yang memiliki 24 kepribadian dalam satu tubuhnya. Awalnya ia tidak menyadari memiliki kepribadian ganda (ini sih lebih dari ganda, ya) sehingga saat satu kepribadian menguasai “panggung utama”, kepribadian lain tidak menyadari yang ia lakukan. Kadang Billy jadi pria dewasa, kadang anak perempuan yang lugu, kadang pula menjadi kasar. Pecahnya kepribadian Billy karena ia mendapat perlakuan kasar secara fisik, psikis, dan seksual dari ayah tirinya. Astaghfirullah hal adzim.

Ibu Bukan Manusia Sempurna

Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, termasuk ibu. Sehebat-hebatnya seorang ibu pasti membutuhkan orang lain. Ketahui hal-hal apa yang membuat ibu menjadi lebih mudah tersulut emosi. Umumnya emosi naik karena lapar, ngantuk, atau lelah. Dengan mengetahui kekurangan tersebut, ibu lebih bisa mengendalikan emosi.

Saya tipe yang saat lapar akan lebih gampang “keluar taring” maka saat lapar saya mengutamakan makan sebelum menangani anak. Ga apa-apa deh anak nunggu (sambil rewel) selama saya makan sekitar 3-5 menit. Setelah perut kenyang, otak dan hati lebih mudah diatur. Emosi pun ga jadi naik.


Meminta Pertolongan

Sejatinya sebuah keluarga terdiri dari lebih dari satu orang. So, ibu tak perlu melakukan semua pekerjaan sendiri. Ada suami atau anak yang dapat mengerjakan tugas-tugas di rumah. Komunikasikan dengan anggota keluarga lain untuk berbagi tugas dan tanggung jawab. Gunakan jasa ART, jika perlu.

Sejak usia berapa si kecil diberi tanggung jawab? Sedini mungkin. Langkah awal dengan mengajaknya merapikan mainan setelah bermain, tentunya dengan cara menyenangkan seperti balapan memasukkan mainan ke kotak. Seiring bertambahnya usia anak, berikan tanggung jawab yang lebih besar seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju, menyiapkan sarapan, dsb.


Sebelum anak sekolah, ia terbiasa melihat orang tuanya merapikan rumah sehingga ia tergerak ingin meniru. Tanggung jawab ini harus terus dilakukan hingga ia masuk usia sekolah. Umumnya saat si anak sudah sekolah, orang tua mengurangi tanggung jawab tersebut. Anak diminta fokus saja pada pelajaran sehingga ia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan domestik. Hal ini akan menyulitkan si anak di masa yang akan datang. Ia akan lebih sulit belajar mandiri karena selama ini terbiasa dilayani.

Bersyukur

Last but not least, ibu perlu bersyukur kepada yang Maha Kuasa atas keberkahan yang melingkupi keluarga. Jika suami dan anak belum dapat diajak kerja sama, berdoalah minta dibukakan pintu hatinya. Lakukan tugas dengan tulus dan ikhlas, insya Allah akan ada balasan yang baik di kemudian hari.

Lakukan poin-poin di atas agar ibu makin bahagia menjalani peran setiap hari. Menjadi ibu harus bahagia karena ibu bahagia dapat menciptakan keluarga bahagia. Bagaimana dengan hari-harimu, para ibu? Apa yang biasa ibu lakukan dalam mengelola emosi agar selalu bahagia?
24 comments on "4 Cara Ibu Bahagia Mengelola Emosi"
  1. lapar, ngantuk, cape itu emang bikin emosi meluap..baru aja bisa tidur eh tau2 ada bisikan minta ini itu duh rasane pengen jedotin palaku mba wkwkkwk jadi ibu emang mesti banyak sabar dan utamanya bisa kelola emosi semoga ga kelepasan meski cape mendera buatku

    ReplyDelete
  2. Noted..ntar jadi ibu ingat2 artikelnya mom syd :)

    ReplyDelete
  3. Mamaaa Sid, aduh tipsnya emang penting banget. Saya masih suka nangis kalo marah sama anak hihii, apalagi putra saya butuh ekstra keras didampingi. Kayaknya saya butuh pertolongan me time yang lama hehehe. Thanks Mbak Helenaaa sharingnya.

    ReplyDelete
  4. Sebaiknya sih berdamai ama diri sendiri mba, terima segala konsekwensi kalau jadi Ibu ya gitu? Biasanya bila emosi meluap rumah jadi beres lo mba. Hehehe

    ReplyDelete
  5. Hal yang paling pentin selain bersyukur adalah mengakui kalau kita membutuhkan bantuan ya, Mbak. Terima kasih tipsnya, Mbak.

    ReplyDelete
  6. Tetap saja ya semua ibu itu luar biasa. Multitasking banget.

    ReplyDelete
  7. Ngeri ya dampak inner child itu. Aku kok jadi kuatir, jgn2 aku blm berdamai sama diri sendiri. Duuh

    ReplyDelete
  8. Makasih ya pencerahannya mama sid, sy juga biasa bikin prioritas dlm kerjaan rumah. Mn yg halus diduluin, klo ga puyeng sendiri, aplg no art standar diri hrs diturunin sesuai kemampuan biar ga uring2an mulu

    ReplyDelete
  9. Naah...ini aku banget mbaa...
    Awalnya gak paham kalau harus memaafkan. Jadi hobinya nyalah-nyalahin masa lalu melulu.

    Akhirnya setelah ikut pelatihan Inner Child, baru deeh...kluar smua "sakit-sakit"nya selama ini.

    Alhamdulillah...

    Karena bahagia itu bukan rasa, tapi cara kerja otak kita dalam memahami dan menanggapi masalah.

    Awwh...beuraat.

    ReplyDelete
  10. Super noted mbaak! Ibu juga manusia soalnya hihi perlu refreshing!

    ReplyDelete
  11. Pastinya dengan bersyukur setiap saat agar selalu happy sepanjang jadi Ibu.

    ReplyDelete
  12. Bersyukur! Nah ini emang cara bahagia yg paling sederhana ya mbk.

    ReplyDelete
  13. kalau aku jarang marah ke anak, seringnya ke suami

    marah karena capek, enggak ada hal yang bisa buat menyalurkan amarah... haha

    ReplyDelete
  14. Berdamai dengan diri sendiri itu aku setuju kali... Kadang (selalu sih kayaknya) kita gampang tersulut emosi karena kita kesal dengan apa yang terjadi pada diri kita sendiri. Kita nggak terima berada dalam posisi yg menurut kita nggak enak. Jadi dikit aja kesenggol udah ngamuk. Thanks for sharing mbak. 💕

    ReplyDelete
  15. berdamai dengan diri sendiri itu yang sulit ya, duh kadang kalau sudah capai , lelah dan gak ada yang memperhatikan itu rasanya

    ReplyDelete
  16. Yeaaaahhh cant agree moreee pokokeeee. Kudu dijalani sabar, gak usah ngoyo dengan standar, dan bersyukur TFS

    ReplyDelete
  17. Pesan penutupnya aku setuju banget, ibu harus bahagia biar bisa bikin keluarga yg bahagia. Padahal aku belum berkeluarga, tp terharu bacanya :')

    ReplyDelete
  18. Semua benerr, dan semua masih pe-er buatku.... Seharusnya menjadi ibu itu sudah selesai dengan dirinya sendiri, jadi dia bisa melejitkan anak dan keluarga tanpa terseok-seok dengan pribadi ibu yang belum sepenuhnya pulih dari masalah

    ReplyDelete
  19. samaa yak.. kalo udah ibu emang mesti pintar2 mengatur emosi. Makasih sharingnya mbak..

    ReplyDelete
  20. Ah iya, syukur adalah kunci banyak kebahagian :)

    ReplyDelete
  21. Saya biasanya gampang marah kalau ngantuk.
    Alhamdulillah suami dan anak-anak dah ngerti(*sudah hapal karena sering kena marah hehe...)
    Jadi kalau saya tertidur kala sedang menemani mereka, mereka akan membiarkan saya tidur sampai terbangun sendiri.

    ReplyDelete
  22. Kalau saya kayaknya harus rajin-rajin bersyukur, punya anak cowok, satunya slow motion plus cerewet, satunya bayi yang suka sensitif.
    Plus sayanya terbiasa hidup rapi, rasanya kudu sering baca-baca tulisan kayak gini hehehehe :)

    ReplyDelete
  23. betul mom bukan superpower. perlu bantuan orang lain dan suami harus ngerti bahwa tugas perempuan dari bangun tidur sampai tidur lagi. ya sisihkan pendapatan buat bayar assten rumah tangga

    ReplyDelete
  24. Aku termasuk gmpang emosi juga kalo sedang mengurus rumah, pada saat mba aRT mudik misalnya. Mungkin krn ga terbiasa, makanya jd stress sendiri. Ujung2nya yg jd sasaran anak2. Makanya cara supaya akunya happy, anak2 juga seneng, kalo si mbak ART mudik, aku lbih milih utk pindah tinggal sementara ke hotel biasanya, sampe si mbak balik. Cm dgn gini aku bisa lbh menjaga emosi krn ga hrs ngurus rumah, jd konsen ke anak2 dan suami :D

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,