Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Mengasuh Anak dengan Data (Studi Kasus Picky Eater)

Friday, June 9, 2023

"Anakku susah makan, pilih-pilih banget urusan makanan. BB jadi seret!" ungkapku menuangkan kegelisahan seputar tumbuh kembang anak. Karena urusan berat badan anak yang tak kunjung naik ini, sempat saya takut setiap kali mengikuti posyandu. Ada rasa bersalah dan tak becus mengurus anak.

parenting digital


Anak Susah Makan (Picky Eater), Benarkah?


Sebenarnya berat badan anakku yang masih balita itu pernah naik tapi tidak stabil. Baru naik 2 ons, bulan depan sakit sehingga BB turun. Bulan depannya lagi BB stagnan. Pokoknya begitulah berulang kali, naik ... turun ... beda dengan BB ibunya yang maju terus begini 😂.


Mengenai pilih-pilih makanan, iya dia memang punya makanan kesukaan yang walau diberi menu itu setiap hari selalu suka. Tapi kalau menu lain, ia tolak. Apa begini yang disebut picky eater? Atau sebenarnya ia bosan dan butuh variasi masakan, suasana makan, atau tempat?


Melihat teman sebayanya di Posyandu makin membuat saya insecure. Mereka tampak sehat menggemaskan sementara anak saya yang bermata besar makin terlihat belo karena badannya kecil.


Saya merasa gagal menjadi ibu yang tidak dapat mengasuh anak sesuai pertumbuhannya. Mengapa anakku susah makan?


Baca juga: Menghadapi Anak Balita Aktif


Mengasuh Anak dengan Data

Awalnya saya kerap menyalahkan diri melihat pertumbuhan anak yang di bawah garis hijau. Berbagai kekhawatiran muncul, apa stunting, bagaimana jika anak kurang gizi, dan sebagainya.


Kemudian saya mencoba suatu cara pengasuhan yaitu mengasuh anak dengan data. Konsepnya sama seperti perusahaan yang melakukan survei. Tidak boleh sembarangan menyimpulkan sesuatu, harus ada data validnya, kan, apalagi ini tentang anak sendiri.


1. Mengumpulkan Bukti

Langkah pertama saya perlu mengumpulkan bukti mengenai dugaan "anak susah makan". Berhubung saya mengasuh anak 24/7 maka pengumpulan bukti menjadi lebih mudah.


Saya menyiapkan Catatan Menu Makanan Anak (silakan unduh) untuk mencatat apa saja yang anak makan dan minum dalam sehari.


Selain itu, ada poster "Isi Piringku" untuk masing-masing usia dari bayi, balita, hingga dewasa. Beda usia, beda porsi, ya. Contohnya untuk balita: makanan pokok 35%, lauk pauk 35%, dan buah-sayur 30%. Sementara untuk dewasa: makanan pokok 1/3 bagian, lauk pauk 1/6 bagian, buah + sayur 1/2 bagian.


Setiap kali anak makan, saya tulis di catatan menu tersebut selama 2-4 minggu. Saya apresiasi juga setiap selesai makan, baik habis atau tidak, "Terima kasih ya sudah makan dengan lahap." 


2. Wawancara dengan Anak

Selain mencatat makanan anak, kami juga ngobrol tentang menu makanan kesukaan. Apa saja makanan dan minuman favorit anak. Bukan berarti hanya menyajikan sesuai kesukaan dia tetapi setidaknya ada panduan saat ia enggak mau makan ini dan itu, kita punya menu kunci. Alhamdulillah kesukaan anak saya sederhana, nasi telur ceplok.


Lewat obrolan ini saya baru tahu kalau ia kurang suka makan nasi apalagi pakai tangan (enggak pakai sendok). Ini karena nasinya lengket di tangan, ribet menurutnya. Ia memilih makan kentang atau roti karena lebih mudah dimakan, hap ... hap .... *walau dalam hati ibu rasanya belum makan kalau belum masuk nasi. 


3. Memantau dengan Aplikasi Tumbuh Kembang Anak

Saya menggunakan bantuan apps tumbuh kembang anak. Menurut saya, orang tua wajib install aplikasi tumbuh kembang di smartphone karena mudah memantau tumbuh kembang anak. Sebulan sekali ukur tinggi, berat badan, juga lingkar kepala kemudian input ke aplikasi ini.


Di sini hasil anak saya masih di bawah garis hijau bahkan pernah di bawah garis kuning. Saat bertanya ke dokter anak, dijelaskan bahwa kurva pertumbuhan bukanlah target tetapi anak harus bertumbuh sejajar dengan garis hijau.

4. Membuat Kesimpulan

Dari catatan menu yang anak makan dan minum ternyata ... ia mau mencoba makanan baru. Sehari juga mau makan tapi memang kadang habis, kadang tidak.


Ada beberapa kali ia makan hanya sedikit di hari itu namun sebagian besar selama sebulan ia makan dengan cukup dan bervariasi.


Tuh, kan ... sebenarnya anak tidak susah makan. Sayanya saja yang baper langsung membuat judgement anak selalu susah makan.


Tak hanya menghadapi picky eater, saya pernah juga menerapkan "Mengasuh Anak dengan Data" ketika anak sering marah ketika gawai diambil. Setiap hari anak memiliki jatah screen time. Setiap kali menonton dengan HP, saya pasang timer dengan kesepakatan HP dikembalikan saat timer berbunyi.


Namun apa yang terjadi saudara-saudari ... ia marah, menangis, merengek, apalah supaya tetap bisa main HP. Kesabaran saya lama-kelamaan juga sold out sehingga pecah konflik 😤. Awalnya pinjam secara baik-baik, mohon kembalikan dengan baik-baik juga.


Saya pun membuat catatan berapa kali anak marah ketika HP diambil. Sederhana saja setiap ia marah, saya buat turus. Kertasnya saya tempel di dinding kamar.


Nyatanya, anak tidak selalu marah. Dalam sehari ia marah sekitar 1x saja, selebihnya ia mau mengembalikan tanpa marah-marah. Yah ... anggap saja itu ekspresi kekecewaan karena waktu bermain HP telah berakhir. Boleh mengekspresikan marah, sebal, kecewa tapi jangan marah-marah. OK!


Itulah pengalaman mengasuh anak dengan data. Memiliki data valid hasil observasi seperti ini memudahkan saya dalam mengasuh anak. Enggak sembarangan melabeli negatif anak selalu begini dan begitu yang di luar ekspektasi saya. Namanya anak itu manusia, memiliki kehendak, tidak selalu menurut, kan.


Punya pengalaman serupa tentang picky eater atau menghadapi pengasuhan yang jumpalitan? Sharing dong ....

1 comment on "Mengasuh Anak dengan Data (Studi Kasus Picky Eater)"

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,