Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Belajar Ilmu Parenting Membuat Insecure atau Bersyukur?

Thursday, January 12, 2023

Si kecil berusia 1 tahun. Ia ingin melakukan banyak hal sendiri, salah satunya makan sendiri. Saat hendak menyuap potongan buah naga, mangkuknya terguling. Buah berwarna ungu kemerahan itu berceceran di lantai. Si anak tidak menangis. Ia justru memainkan tumpahan tersebut hingga menyebar makin luas di lantai. Bagaimana reaksimu?


a. Ngomel

b. Mencubit anak

c. Mengajak anak membersihkan tumpahan makanan

d. Ikut bermain

e. Melipir nangis di pojokan merasa gagal mendidik anak


Itulah kisah nyata yang menghiasi hari-hari saya sebagai seorang ibu. Luar biasa ya dinamika menjadi orang tua. Di sinilah pentingnya belajar ilmu parenting.


Mengenal Diri Melalui Ilmu Parenting

Ilmu parenting adalah ilmu pengasuhan dalam mendidik anak. Sebenarnya tak hanya asuh tetapi asah dan asih, belajar mengasah keterampilan anak juga mengasihi anak supaya tumbuh kembangnya optimal.


Semakin lama saya menyadari bahwa belajar ilmu parenting bukan hanya tentang anak. Dengan belajar ilmu parenting, saya lebih mengenal diri sendiri.


Pengasuhan masa lalu yang terjadi pada diri ternyata berefek pada pengasuhan saya ke anak di masa kini. Lewat parenting juga saya tahu hal-hal yang mudah menyulut emosi negatif pada diri.


ilmu parenting bantu membersamai anak


Tujuan ilmu parenting agar orang tua dapat mengasah, asih, dan asuh anak dengan optimal serta bahagia. Orang tua bahagia menjalani peran, anak juga bahagia hidup di lingkungan yang mendukungnya berkembang.


Cara mencapai tujuan di atas menurut saya dengan orang tua yang sudah tuntas dengan dirinya. Orang tua, baik ayah maupun ibu, selesai dengan masa lalu. Bila ada luka atau pengalaman buruk yang dialami orang tua di masa kecilnya, stop ... cukup sampai di situ. Please, jangan dilanjutkan ke generasi berikutnya. *walau praktiknya butuh niat dan usaha keras.


Mengapa Penting Belajar Ilmu Parenting


Mengasuh dua anak tak lepas dari yang namanya berantem hingga pukul-pukulan. Adik memukul kakak karena tidak mendapat yang ia mau. Si kakak berbalik memukul dengan dalih adik sudah memukul duluan. Mereka pun berbalas-balasan memukul sampai ibu tidur saja. *eh 😐


"Kak, apakah sakit saat dipukul? Jika sakit, jangan memukul balik, kan kakak tahu bakal kesakitan," ujar saya.


Konteks ini berlaku juga pada model pengasuhan. Mungkin ada yang masa kecilnya salah sedikit langsung dipukul orang tua, dijewer, dihujani dengan kata-kata kasar. Sakit? Apakah ketika kita punya anak akan memperlakukan anak dengan cara yang sama seperti yang kita terima di masa kecil? 😔


Lanjut, ya. Saat ini di media sosial dengan mudah kita melihat para artis atau influencer membagikan momen-momen bahagia dengan buah hati. Atau teman-teman saling cerita perkembangan anaknya, ada yang usia 3 tahun sudah bisa membaca huruf, hafal doa-doa, badannya nampak gendut menggemaskan, dan sebagainya. 


Dari hal di atas muncul rasa insecure. Kita merasa si anak kok belum bisa seperti teman-teman seumurannya, BB seret, susah makan, banyak tingkah, dan seterusnya.


Di sinilah pentingnya belajar ilmu parenting. Tumbuh kembang anak tidak bisa langsung dibandingkan dengan anak lain walau seumuran, bahkan lahir di tanggal dan jam yang sama. Setiap anak memiliki keunikan, kekuatan diri. Jika muncul rasa insecure, saya buka STPPA sesuai usia anak kemudian membandingkan kondisi anak dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini.


Baca juga: Kurikulum Homeschooling Usia Dini


Pernah juga si bungsu mengalami keterlambatan merangkak. Bayi usia 9 bulan belum bisa merangkak. Badannya gembul lucu banget tetapi insecure, dong, melihat ia masih ngesot sementara teman-temannya lancar merangkak bahkan ada yang berdiri. Saya pantau berat badan dan tinggi badan anak melalui aplikasi Primaku kemudian konsultasi ke dokter. Alhamdulillah dengan ilmu parenting membuat lebih kalem, rasional, dan tidak reaktif dalam bertindak.



Cara Belajar Ilmu Parenting


Saat menjadi ibu baru, saya masih minim info tentang ilmu parenting. Mengasuh anak mengalir begitu saja, sesekali mendapat nasihat dari orang tua, mengikuti apa yang pernah saya lihat, atau tergantung mood.


Waduh, yang terakhir ini bahaya. Ya kalau good mood. Ada kalanya merasa lelah, banyak pikiran, atau lapar membuat mudah tersulut emosi. Kesalahan kecil anak bisa menjadi hal besar.


Memang tidak ada sekolah formal menjadi orang tua tetapi belajar pengasuhan dapat dilakukan melalui banyak cara, antara lain:


1. Membaca buku

Banyak sekali buku-buku yang membahas parenting, baik secara umum maupun spesifik pada kondisi atau metode tertentu. Misalnya buku Pendidikan Anak Dalam Islam (Tarbiyatul Aulad Fil Islam) yang ditulis DR. Abdullah Nashih 'Ulwan, buku Ayah vs. Anak Lelakinya yang membahas 9 macam pola asuh ayah, atau buku Sekolah Alam Semesta mengenai homeschooling anak usia dini.


2. Belajar dari Keluarga

Setiap keluarga besar umumnya memiliki nilai budaya yang turun-temurun. Tetap perlu filter, ya, mana yang baik dan buruk untuk diterapkan. Tetapi tak ada salahnya belajar dari pengalaman para orang tua, nenek, kakek, pakdhe budhe yang sudah menyecap asam garam kehidupan. *apa asam manis seperti saus?


3. Bergabung di komunitas parenting

Komunitas parenting, baik online maupun offline, menjadi penguat menghadapi berbagai tantangan pengasuhan. Saat ragu dengan perkembangan anak, bisa curhat di sana.

Salah satu komunitas yang berdampak besar dalam proses belajar pengasuhan bagi saya adalah Ibu Profesional. Komunitas ini memiliki program terstruktur, belajar bertahap, dan topik yang sesuai dengan kebutuhan. 


belajar parenting dari sesama ibu


4. Seminar atau workshop parenting

Melalui seminar dan workshop, kita dapat belajar dengan para ahli maupun praktisi yang lebih berpengalaman. Sumber belajar tak hanya dari "katanya" tetapi dari sumber yang terpercaya, contohnya ketika mengikuti seminar keluarga bertajuk "A Home Team".


5. Learning by doing

Belajar pengasuhan tak hanya tentang teori. Praktiknya lebih besar karena menyangkut interaksi keseharian dengan anak. Cara belajar parenting melalui learning by doing juga bisa kita lakukan. Ada trial-error, mencari metode yang tepat menjadikan orang tua berproses sepanjang hayat sebagai teman tumbuh anak.


Lalu, apa hasilnya setelah mempelajari ilmu parenting? Apakah tidak pernah marah ke anak, selalu bahagia, adem tentram, anak menurut, anak tumbuh sesuai grafik, dan yang indah-indah? Hihi ... maunya ideal tapi tidak selalu demikian. 


Perbedaan yang saya rasakan adalah lebih waspada akan tumbuh kembang anak, bukan terlalu woles atau overthinking. Saya bisa bersikap dengan tepat menanggapi tingkah laku anak. Marah, sebal, lepas kendali juga masih terjadi tetapi frekuensinya berkurang. Namanya juga manusia (yang banyak alasan 😁).


Oh ya, belajar ilmu parenting tak hanya untuk para orang tua, lho. Buat yang belum menikah, baik laki-laki maupun perempuan, malah lebih baik supaya bisa mempersiapkan diri. Jangan sampai terkena baby blues syndrome setelah melahirkan.


Itulah manfaat belajar ilmu parenting, lebih mengenal diri dan membantu dalam pengasuhan anak. Kalau menurutmu, belajar ilmu parenting makin membuat insecure atau bersyukur?

10 comments on "Belajar Ilmu Parenting Membuat Insecure atau Bersyukur?"
  1. Artikelnya lengkap banget, mulai dari kisah nyata saat mengasuh anak, pentingnya ilmu parenting, sampai cara belajar ilmu parenting. Referensi untuk link yang mendukung tulisan ini juga lengkap. Namun, yang saya cermati di sini, adalah pengasuhan masa lalu. Harus sudah selesai dengan luka masa lalu, mungkin dari orang tua maupun keluarga sendiri. Ini memang tidak mudah. Tapi, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Iya 'kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo aku sendiri melihat yang disebut sekarang dengan "luka masa lalu" juga ada rasa syukurnya. di pukul di marahi di nasihati. Dulu kita pikir kok gitu sih merasa gak disayang. tapi setelah jadi orang tua, wah betapa mereka sayang pada kita. Saya paham ketakutan mereka atas potensi anak-anak mereka.

      saya pernah dengar ada yang namanya "parenting kesengsaraan", saya lupa namanya. Bukan dengan memukul ya artinya, tapi menimbulkan konsekuensi yang secara logika akan dirasakan anak-anak.

      Jika mereka melakukan kesalahan secara efek mereka akan merasakan konsekwensinya.

      Kayaknya balas kasih sayang mereka dengan ganti model

      Delete
    2. terima kasih Mas Rizky apresiasinya.
      betul, sebaiknya diri sudah selesai dengan masa lalu. Butuh motivasi internal dan support dari sekitar, jika perlu konsultasi dengan ahlinya.

      Delete
    3. wah baru dengar parenting kesengsaraan
      bukan menyengsarakan anak tapi tegas dengan aturan dan konsekuensi. Ini bagus untuk melatih disiplin. tapi ya gitu, ada kesepakatan sebelumnya, ada ngobrolnya juga ke anak.

      Delete
  2. Dulu saat Adin menumpahkan sesuatu, aku panik karena takut dimarahi utinya - pas masih serumah- (padahal mamaku sendiri) ya karena blio gitu deh. Akhirnya belajar parenting dan paham bahwa dalam proses belajar, melakukan kesalahan itu tidak apa2 asal belajar dan tak mengulanginya lagi.

    ReplyDelete
  3. Aku dulu pas gak ngerti parenting, pasti selalu ikut ngelarang anak ini itu. Sekarang gak lagi. Meski belum ada anak, rasanya belajar parenting tuh bermanfaat banget apalagi punya banyak keponakan kecil

    ReplyDelete
  4. Banyak ilmu parenting yang sangat mudah diakses saat ini
    Baik melalui buku-buku maupun media sosial dan seminar-seminar
    Tak ada salahnya belajar dari banyak sumber, tapi pada akhirnya kitalah yang menentukan akan memilih pola asuh yang seperti apa dan mana yang paling tepat untuk diterapkan. Bahwa teori-teori yang bertebaran di luar sana adalah sebagai acuan dan pelajaran untuk menjadi lebih baik ke depannya

    ReplyDelete
  5. kita sebagai orang tua harus selalu update ilmu parenting yaa. alhamdulillah sekarang ini makin banyak seminar-seminar tentang ilmu parenting ini, jadi kita bisa memilih dan menerapkan yang sesuai dengan anak kita di rumah

    ReplyDelete
  6. Menjawab pertanyaan di atas, aku sih pengennya bantu membereskan sambil diajarin dengan tenang. Misalnya supaya lain kali dia lebih berhati-hati, sambil dipukpukin biar nggak kapok buat belajar makan sendiri.

    Memang kita ini sebagai manusia punya linimasanya sendiri ya, termasuk dari kecil. Yang penting anak tetep sehat dan nggak ada gangguan penyakit.

    ReplyDelete
  7. Aku nih kadang kebanyakan teori malah jadi insecure karena ngerasa kok salah semua yang aku lakukan. Tetapi ya coba berdamai dengan diri sendiri dan nggak membanding-bandingkan anak dengan anak orang lain. Selama milestones terpenuhi sesuai usia, insyaAllah tenang.

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,