Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

STOP Pneumonia, Pembunuh Bayi dan Balita di Indonesia

Tuesday, September 3, 2019

STOP Pneumonia, Pembunuh Bayi dan Balita di Indonesia

 
Ketahui gejala, penyebab, dan bahaya pneumonia pada anak (dok. pri)
Air mata tak dapat ku bendung tatkala meninggalkan ruang NICU. “Sebaiknya Ibu keluar saja. Kalau Ibu tidak tenang, jarum infusnya susah dipasang,” begitu perawat menjelaskan. Ibu mana yang tega mendengar jerit tangis bayinya. Rasanya ingin ku peluk tubuhnya yang semakin kurus. Namun di sisi lain ku harus keluar dari ruangan tersebut supaya proses pengobatan anakku, SID, berjalan lancar. Malam itu menjadi malam pertama SID tidur di NICU rumah sakit karena pneumonia.

Ikhlas. Kata yang mudah diucapkan namun berat dilakukan. Ketika bayiku yang baru berumur 10 hari didiagnosa mengidap pneumonia, aku belajar ikhlas dan meyakinkan diri bahwa ia ditangani di tempat yang tepat. Awalnya memang aku berkeras untuk home treatment saja karena ku pikir ia hanya batuk pilek. Namun, sakit flu atau batuk tak bisa dianggap sepele untuk newborn baby. Sakit itu kian menjalar hingga menjadi radang paru-paru, bahkan dokter mengingatkan penyakitnya bisa sampai ke otak jika tidak segera ditangani.

Menjenguk SID di ruang NICU tahun 2015 silam (dok. pri)
Selama empat hari SID opname, aktivitasku hanya pumping – rumah sakit – pumping – rumah sakit. Dokter meyakinkan bahwa anak lebih cepat sembuh bila diberi ASI yang cukup maka aku pun berusaha memompa ASI perah (ASIP) tiap 2 jam sekali. Walau malam hari, ku pasang alarm untuk bangun tiap 2 jam. Hasil ASIP dalam botol-botol kaca tersebut kemudian dibawa oleh suami atau kakak ke rumah sakit. Selain itu, tiap pagi dan sore aku mendapat kesempatan menjenguk SID di ruang NICU. Satu jam di sana menjadi momen berharga karena ku bisa menggendong, bercerita, dan menitipkan doa-doa untuk kesembuhannya.

Jangan Sepelekan Flu pada Bayi dan Balita, Bisa Jadi itu Gejala Pneumonia


Hari-hari mencekam itu syukur alhamdulillah telah berlalu. Pengalaman menghadapi anak dengan pneumonia di awal tahun 2015 lalu mengajarkan saya untuk tidak menyepelekan flu pada anak karena bisa jadi itulah gejala pneumonia. Di sinilah pentingnya peran orang tua untuk mencegah pneumonia pada anak.

“2 balita setiap menit di dunia meninggal karena pneumonia. (2015)”

Sebagai ibu baru yang minim informasi, saya tidak tahu bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian balita kedua di Indonesia. Faktanya, jumlah kematian bayi di bawah lima tahun (balita) secara global karena pneumonia di tahun 2015 mencapai 920.000 jiwa atau 2 balita setiap menitnya.

Fakta-fakta mencengangkan tentang pneumonia saya jumpai saat mengikuti talkshow “Merdeka dari Pneumonia” yang diadakan Ruang Publik KBR bersama Save The Children di Kawasan Kota Tua, Jakarta, Minggu 18 Agustus 2019 lalu. Membaca bahaya pneumonia tersebut membuat saya merinding. Ya Allah, betapa beruntungnya kami saat itu segera membawa SID ke rumah sakit untuk opname.

Talkshow "Merdeka dari Pneumonia" bersama Ruang Publik KBR dan Save the Children, Jakarta, 18 Agustus 2019 (dok. pri)
Pneumonia bukan ISPA, bukan pula TB. Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan pneumonia (radang paru-paru) adalah infeksi akut sistem pernapasan bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme mikro lainnya. Gejalanya demam, batuk, pilek yang berkembang menjadi sesak napas. Pada kondisi yang lebih berat ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (retraksi).

Nah, retraksi ini yang terjadi pada SID namun saya baru memahaminya setelah menonton video ciri-ciri pneumonia. Cekungan pada dada bagian bawah jelas terlihat setiap kali ia bernapas. Setelah itu tiap kali waktu jenguk, saya selalu memperhatikan dadanya apakah ada retraksi atau tidak.

Namanya bayi cuma bisa batuk dan menangis, belum bilang kalau dirinya susah bernapas. Gelaja sesak napas dapat dipantau orang tua dengan menghitung tarikan napas anak selama 1 menit. 

Sesak napas merupakan salah satu tanda pneumonia (dok. pri)

 

Pneumonia di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumba Barat


Di tahun 2018, Yayasan Save the Children dengan Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran melakukan penelitian di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Bandung. Kedua daerah ini dipilih sebagai sample mengingat prevalensi pneumonia yang tinggi di daerah tersebut. Bahkan provinsi NTT memiliki prevalensi tertinggi pneumonia di Indonesia (38,5%).

Dari hasil penelitian dijumpai tingginya angka pneumonia di dua kabupaten tersebut antara lain karena:
  • Hanya 60% anak dari keluarga dengan sejarah atau berisiko pneumonia yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai definisi, gejala, penyebab, dan risiko pneumonia.
  • Belum ada prosedur standar untuk mencegah penyakit kambuh bagi pasien yang sudah selesai perawatan.
  • Mayoritas keluarga berisiko pneumonia memiliki paling tidak satu anggota keluarga yang merokok dan sebagian besar merokok di rumah.
  • Di Kab. Bandung banyak kader kesehatan yang belum mengetahui apa itu pneumonia.
  • Di Kab. Sumba Barat, konstruksi rumah menyebabkan asap dapur sulit keluar dari rumah sehingga rawan pneumonia.
  • Susah akses air bersih di Kab. Sumba Barat.


Peran Orang Tua dalam Mencegah Pneumonia pada Anak


Mengetahui fakta menyedihkan tentang pneumonia di Indonesia membuat saya bertanya, apa yang bisa kita, khususnya orang tua, lakukan untuk mencegah pneumonia pada anak? Biaya berobatnya besar, lho, mencapai Rp 91 miliar setiap tahunnya (perhitungan oleh Clinton Health Access Initiative Indonesia, 30 Juli 2019). Pengalaman pribadi pengobatan pneumonia SID waktu bayi dengan rawat inap 4 hari setara biaya saya melahirkan padahal dia opname di NICU tanpa makan dan fasilitas wah lainnya.

Pengendalian Pneumonia dengan perlindungan, pencegahan, dan pengobatan (dok. pri)
Dr. Erna Mulati, MSc. CMFM, Direktur Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, mengajak masyarakat untuk meningkatkan peran keluarga dalam mencegah pneumonia, yaitu:
  • Orang tua perlu tahu apa itu pneumonia, penyebab, cara mencegah, dan cara mengatasinya. Pelajari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang warna pink itu, lho.
  • Jauhi polusi, salah satunya tidak memasak dengan kayu bakar.
  • Bagi anggota keluarga yang sedang batuk pilek, pakailah masker supaya anak-anak terhindar dari penularan penyakit.
  • Berikan ASI eksklusif pada bayi.
  • Anak mendapat vitamin A tiap 6 bulan. Kalau di posyandu, setiap bulan Februari dan Agustus.
  • Berikan MPASI dengan benar dan baik dari segi jumlah, jenis, dan cara pemberian supaya mendapat gizi seimbang. Bila gizi buruk kemudian terkena pneumonia, efeknya akan semakin berat.

dr. Windra Waworuntu, M.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementrian Kesehatan RI juga mengajak masyarakat untuk memberikan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi ini gratis, lho, dibiayai pemerintah. Sayang banget, kan, kalau belum dimanfaatkan dengan baik.

Bayu Oktara menyadari pentingnya peran ayah dalam kesehatan keluarga (dok. pri)
Bayu Oktara, public figure yang dikaruniai 3 anak, menyadari pentingnya peran ayah ASI. Mengasuh anak merupakan tanggung jawab ayah dan ibu. Supaya pemberian ASI lancar, ia suka memijat istrinya, berbagi peran, dan menyempatkan diri untuk quality time dengan keluarga. Anaknya yang berusia 2 tahun 3 bulan masih ASI, lho.

Pesan Bayu Oktara untuk para ayah dan calon ayah, yaitu:
  • Dari tempat yang banyak asap kendaraan atau asap rokok, bersihkan badan dan pakaian sebelum berinteraksi dengan anak.
  • Buat istri bahagia seperti membantu tugas istri di rumah atau memijat istri. Hal ini penting untuk kelancaran pemberian ASI.
  • Pastikan jaminan kesehatan supaya saat sakit tidak terbebani.


STOP Pneumonia di Indonesia Diluncurkan Save the Children


Pada kesempatan kali ini, Save the Children melalui organisasi lokalnya yaitu Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) meluncurkan kampanye STOP Pneumonia. Organisasi yang telah ada sejak 100 tahun lalu di Inggris ini ingin mengajak masyarakat memahami bahayanya pneumonia.

Selina Patta Sumbung selaku Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children menjelaskan program STOP Pneumonia berlangsung selama 2019 – 2021 di tingkat nasional juga fokus ke Kab. Bandung dan Kab. Sumba Barat. Untuk tahun ini, Save the Children mengembangkan berbagai materi informasi yang edukatif mengenai pneumonia hingga pentingnya peran ayah dalam mendukung kesehatan anak.

STOP Pneumonia! (dok. pri)
Pelajaran berharga merawat anak yang terkena pneumonia membuat saya tersadar pentingnya awareness akan penyakit berbahaya ini. Jangan sepelekan flu dan batuk serta segera bawa ke fasilitas kesehatan bila sakitnya tak kunjung sembuh. Lebih baik lagi menjaga kebersihan lingkungan agar pneumonia dapat dicegah.

Yuk, masyarakat Indonesia kita “Merdeka dari Pneumonia!” supaya anak Indonesia tumbuh sehat dan bahagia. Bekali diri dengan berbagai info penting mengenai pneumonia yang dapat diakses di stoppneumonia.id dan Instagram @savechildren_id.

105 comments on "STOP Pneumonia, Pembunuh Bayi dan Balita di Indonesia"
  1. Pneumonia itu dari flu. Sudah jelas ya berarti memang flu itu nggak bisa dianggap enteng, harus banyak lebih peduli dengan kesehatan dan tanggap bila ada hal-hal yang mengganggu kesehatannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. infeksinya menjalar sampai jadi radang di paru-paru. So gak boleh anggap remeh yaa

      Delete
  2. Jujur baru ngeh penyakit pneumonia ini. Baru tahu kalau pembunuh peringkat kedua anak. Berat apalagi jika anak yang sakit. Semangat untuk kesembuhan SID Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara global malah pneumonia menjadi penyebab kematian balita pertama, lho. Semoga makin banyak yang peduli bahayanya pneumonia pada bayi dan balita.

      Delete
  3. Wah, baru tahu cerita SID yang ini, Mbaa. Alhamdulillaah sudah terlalui, ya. Anak-anak udah komplet sih vaksin yang disebutkan di atas, tapi tetap waspada itu harus. Apalagi buat yang sudah sekolah dan banyak aktivitas di luar, kemungkinan penularan juga meningkat. Semoga sehat selalu semuanya, ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah, Mbak. Meski ya kudu aware pneumonia bisa kambuh lagi.
      Sayangnya imunisasi PCV belum masuk imunisasi dasar lengkap yaa. Semoga segera :D

      Delete
  4. makasih sharingnya, negri ay kalau sdh kena

    ReplyDelete
  5. Sedih ya kalo baby kita yang masih new born tiba-tiba harus sakit, apalagi sampe opname. Alhamdulilah SID akhirnya sehat sampai sekarang ya, Mbak. Btw, soal menyepelekan sakit, emang sih kayaknya itu udah bawaan orok orang-orang endonesah ya 😪. Semoga semakin banyaknya penyuluhan kek gini bisa semakin membuka mata semua orang di sini, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhu ... sedih banget mbak lihat tangan kecilnya udah dimasukin infus :(
      semoga prevalensi pneumonia di Indonesia berkurang banyak yaa

      Delete
  6. Anakku kena pnumonia saatbusianya 3 tahun.namun sampai sekarang sudah 5 tahun umurnya ketika terserang flu, otomatis napasnya menjadi sesak Dan terjadi retraksi.
    Apakah pnumonia ini bisa disembuhkan? Atau Akan kambuh setiap Kali terkena flu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, gitu kah mbak. Pneumonia memang bisa kambuh lagi, Mbak. Sebaiknya periksa ke dokter untuk lebih jelasnya.

      Delete
  7. Wah, shocked aku kalau di Kabupaten Bandung dan Sumba Barat atau NTT salah satu wilayah yang tinggi terkena pneumonia. Bagi kalangan tertentu, terutama masyarakat dengan ekonomi bawah, jangankan mengenal istilah pneumonia ya. Terkadang imunisasi aja pun mereka belum "ngeh" dan berbagai edukasi kesehatan juga masih kurang. Alhamdulillah, Save The Children Indonesia concern untuk perkembangan anak-anak, mudah-mudahan bisa menjangkau daerah-daerah yang masih kurang edukasi tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Save the Children membuat program STOP Pneumonia di kedua daerah tersebut dengan lebih intens. Di Kab. Bandung udah ada desa ASI, lho. Edukasi bahaya pneumonia juga semakin meluas di kedua tempat tersebut. Doakan saya bisa terbang ke Sumba untuk melihat langsung jalannya program tersebut bersama Save the Children, ya. :D

      Delete
  8. Selama ini, saya pikir ketika saya atau suami kena flu ya biasa saja. Istirahat dan makan yang cukup, insyaaAllaah bisa sembuh. Dan, saya baru tahu kalau untuk anak bayi, bisa berpotensi seberbahaya itu :(

    Sebagai yang belum punya anak, saya terimakasih banyak nih kak sudah berbagi tentang pneumonia pada anak. Kedepannya, bisa dijadikan wawasan kalau punya anak supaya lebih hati-hati. Dan mewanti-wanti suami supaya berperan sebagai ayah ASI yang baik hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pneumonia rentan dialami bayi, balita, juga lansia. Di sinilah pentingnya awareness dari sakit batuk pilek bisa sampai sesak napas, itu yang berbahaya.

      Delete
  9. Wah kebanyang dech aku gimana seorang ibu.yg bener berkorban demi anak.dan memang deteksi dini itu perlu.karena bagi kebanyakan orang flu pasti dianggap hal sepele. Saran banget buat para ibu muda harus banyakiin baca membaca. Agar tidak terlalu menggangap enteng suatu penyakit. Ussikum waiiyaya nafsi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak. Menjadi orang tua harus terus belajar. Semoga program STOP Pneumonia yang diinisiasi Save the Children dapat menurunkan prevalensi pneumonia di Indonesia.

      Delete
  10. Pernah denger nih sama penyakit yang satu ini, dan rata2 belum banyak yang tahu mengenai penyakit ini. Serem banget dampaknya, apalagi aku punya anak 3, aku selalu memberikan ASI hal utama yang dapat aku lakukan. Dan flu juga jangan di sepelekan ya, mesti peka juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ASI eksklusif menjadi langkah awal yang tepat untuk mencegah pneumonia, Mbak.

      Delete
  11. terimakaish ilmunya mba dan terimakasih juga telah berbagi mbaaa. Aku juga bau ngeh tentang penyakit phenemuia ini

    ReplyDelete
  12. Sering dianggapnsepele ya gejala2nya. Bahkan jujur saya termasuk yg baru tau gejala2nyanseperti itu sampe harus hitung napas anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup, berhubung anak pernah mengalami jadi nempel banget untuk perhatian ke sesak napas.

      Delete
  13. kalo soal pneumonia ini aku jd ingat pengalamanku sendiri sewaktu menjalani pengobatan dalam kurun waktu 6 bulan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah lama juga ya Grandys. Waktu usia berapa tahun?

      Delete
  14. Wah iya flu pada bayi itu ternyata ga boleh disepelekan ya mba. Ngeri juga dampak buruknya. Aku baru tau info ttg penyakit ini. Banyak nih ilmuku sebelum punya anak hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Nesa, soalnya bayi kan imunitas tubuhnya masih lemah.

      Delete
  15. Hohoho ternyata Sid sama kyk Dema alumni NICU xixixi :P
    Ternyata penumonia bisa menyerang bayi baru lahir juga ya? Kirain menyerang bayi, anak, dewasa gtu. Ternyata gejala awalnya kyk batpil ya. Noted, kalau bayi udah batuk2 perlu diwaspadain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh, Dema dulu ngapain pakai nginep di NICU segala?

      Delete
  16. Flu aja tapi jangan dianggap sepele ya, kalau dibiarkan bisa tambah parah malah jadi pneumonia. Allhamdulillah ternyata melengkapi vaksinasi bisa mencegah pneumonia juga ya. Btw itu Bayu Oktara pangling aku lihatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, kalau flu udah sesak napas itu yang bahaya.
      Iya Bayu Oktara di serial OB yang dulu itu lho

      Delete
  17. Informasi yang sangat bagus deh mba, perlu banget nih aku bagi ke keluarga ku yg udah / baru banget punya baby. Nuhun yah mba informasinya ;)

    ReplyDelete
  18. Sid anak sehat dan hebaaattt!
    Mama juga tangguh dan peka terhadap gejala sakit anak.
    Semoga anak2 Indonesia sehat dan ceria yaaa
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  19. Baca ini saya jadi ingat waktu anak masih bayi banget, setiap kali dia batpil, saya selalu sibuk menghitung napasnya :D

    Serba salah banget sih dulu, gara-gara kakaknya sering bolak balik dokter dan pernah kena over diagnosa, saya jadi semacam parno ke dokter.

    Jadi setiap batpil, saya siaga berjaga biar tahu kapan sebaiknya saya kudu ke dokter.

    Alhamdulillah anak saya yang kedua lebih bagus daya tahan tubuhnya, mungkin karena full ASI beda kayak kakaknya.

    Tapi bener sih, mengasuh bayi itu nano-nano.
    Kalau sering ke dokter salah.
    tekat ke dokter juga bahaya

    Smoga anak-anak kita sehat dan bebas pneumonia

    ReplyDelete
    Replies
    1. buat meyakinkan, aku ga hanya cek ke 1 dokter tapi cari second sampai third opinion. Emang kudu tenang hadapi anak sakit supaya bisa memilih langkah selanjutnya dengan tepat. Waktu SID sakit pneumonia ini aku sampe ke 3 RS yang berbeda. Syukurlah enggak telat pengobatannya.

      Delete
  20. Baru saja kemarin saya menghadiri undangan dari Dinas Kesehatan terkait penyakit ini, bener banget mbak, pneumonia balita menjadi salah satu penyakit yang disepelekan, padahal menjadi peringkat tertinggi penyebab kematian bayi/balita selain diare.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup, perlu sosialisasi terus-menerus ke berbagai lini untuk awareness pneumonia

      Delete
  21. Sid ya ampun masih kecil banget kena pneumonia, Neyna dulu sih usia 2 than Mak Sid :( emang ga boleh anggap sepele flu juga batuk

    Dan makin mengerikan setelah tahu pneumonia penyebab kematian ya Mak Sid

    Sejak Neyna masuk rumkit karena pneumonia aku selalu was-was kalau udah batuk, takut keulang lagi :( semoga anak-anak disehatkanNya aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ku baca cerita Neyna waktu kena pneumonia. Semoga ya si pneumonia pergi jauh dari anak-anak kita

      Delete
  22. penyakit pernafasan itu memang harus dapet perhatian khusus, anakku asma pun kalau lagi kambuh kasian bgt sesak nafas, memang orang tua harua banyak diedukasi seputar penyakit anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haduh iya. Kalau asma kan sewaktu-waktu kambuh saat ada alergen.

      Delete
  23. Catet sharingnya buat calon Ibu kaya aku. Kadang aku lihat anak bayi flu gitu. Kasihan apalagi sampai pnumonia. Kudu waspada dan banyakin ilmu biar makin tahu kalau ada yg gak beres

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kak. Menjadi calon orang tua itu banyaaaak banget yang perlu dipelajari

      Delete
  24. Melihat anak kalau lagi flu aja suka rasanya sedih. Kayak susah gitu napasnya. Semoga anak-anak Indonesia semakin sehat dan bebas dari pneumonia

    ReplyDelete
  25. Duh bahaya sekali pneumonia ini ya.. TFS mba, kita jadi lebih tahu gejalanya agar tetap waspada..

    ReplyDelete
  26. Pneumonia yang dialami bayinya Helena itu namanya neonatal pneumonia. Sebetulnya kasus begini agak sulit dicegah, karena cara invasi bakterinya belum ketahuan. Ya memang bakterinya masuk melalui udara, tapi tidak banyak yang bisa dikerjakan orang tua untuk mencegah pneumonia pada bayi berumur 7-10 hari, selain berupaya jangan sampai lahir dengan berat badan kecil dan senantiasa menjauhkan bayinya dari tangan-tangan yang tercemar asap rokok.
    Untung masa kelam itu sudah berlalu ya, semoga anaknya sekarang sehat wal afiat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin.
      kalau dulu itu sepertinya karena ada yang batuk pilek jadi menular ke bayiku. ALhamdulillah semua sudah teratasi.

      Delete
  27. Duh,makasih sudah share info ini yah mbak.
    Selama ini suka cenderung menyepelekan flu dan ngarep bisa sembuh sendiri, ternyata kalo didiamkan bisa berakibat fatal yah mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes, kalau udah demam, sesak, atau kejang perlu segera dibawa ke faskes.

      Delete
  28. Pneumonia memang momok ya bagi ibu yang punya bayi, penyakit yang kelihatannya sepele tapi berbahaya. Ternyata bisa dicegah dengan ASIX ya.

    MasyaALlah, jadi ngerasain lagi hikmahnya Allah memerintahkan ibu buat menyusui, ASIX memang makanan bayi yang paling sempurna.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ASIX tuh emang paling hebat deh dalam mencegah berbagai penyakit maka usahakan ASI eksklusif 6 bulan untuk menjaga daya tahan tubuh anak.

      Delete
  29. Aku pun baru tahu penyakit ini, hiks
    penyakit yang sangat berbahaya, tapi ya aku yakin semua penyakit itu berbahaya dan memang bener baiknya kita rajin melakukan pemeriksaan rutin.
    sehat2 yaaa dedek sekarang ❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih yaa
      pokoknya ga boleh sepelekan penyakit apapun

      Delete
  30. Waduh baru tau ternyata dampak pneumonia bisa separah bahkan bisa mengakibatkan kematian :'( Jadi inget dulu anakku jg sering batuk pilek. Tapi syukurlah gak sampe pneumonia, dan aku selalu berobat ke dokter krn aku ibu yg suka bgt khawatir kalo ada apa-apa dengan anakku. Pilek dikit langsung bawa ke dokter :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau udah tanda-tanda sesak napas, batuk pilek menjadi hal serius ya kak.

      Delete
  31. Alhamdulillah Sid segera ditangani ya kak, sekarang bisa tumbuh ceria lagi... sehat terus ya sid, nanti kapan kapan kita main bareng neng ya...

    ReplyDelete
  32. Aku kok terenyuh ya liat foto kamu pas mengunjungi Sid di NICU ☹
    Untuk Pneumonia ini semoga masyarakat makin banyak yang tahu mengenai cara mencegah dan tanda2nya. Semoga pula kita sekeluarga sehat selalu ya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu momen berharga yang selalu ku tunggu tiap hari, jam besuk!

      Delete
  33. Bicara soal Pneumonia saya selalu takut mbak, karena efek jika besar nanti sangat berbahaya. Bersyukurnya tips seperti ASI, vaksin, gizi serta perawatan yang intensif terhadap anak mengurangi terjadinya penyakit ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, however mencegah lebih baik daripada mengobati.

      Delete
  34. Pengetahuan tentang Pneumonia, mulai dari penyebab, gejala, dan bagaimana mencegahnya memang mesti diketahui para orangtua, khususnya ibu muda. Waspada ketika anak flu lebih baik daripada terlambat deh pokoknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, mbak. Perlu awareness bahaya pneumonia khususnya pada bayi dan balita

      Delete
  35. Ada satu hal yang cukup mengganggu pikiranku ketika melihat ada sepasang ayah dan ibu membawa anak bayinya ke suatu tempat, tapi si ayah itu tetep aja kayak lokomotif. Asap rokok itu kan bahaya banget. Jika orang dewasa saja bisa terserang penyakit gara-gara jadi perokok pasif, apalagi bayi yang notabene sistem kekebalan tubuhnya baru mulai berkembang. Duh duuuhh... yang begini ini masih harus banyak diedukasi untuk mencegah kasus pneumonia tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. haduuuh aku paling sebel kayak gini, nih. Tapi mau ingetin kok ya bukan anakku. Perokok pasif itu kan efeknya lebih gede apalagi buat bayi.

      Delete
  36. Kok seram sekali ternyata pneumonia itu yaa, kak Helena.
    Aku kira anak bayi gak mungkin kena pneumonia.

    Semoga kak Helena sekeluarga diberi kesehatan yang sempurna.
    Aamiin~

    ReplyDelete
  37. Serem ya mba kalau liat dampak pneumonia. Tapi aku llihat sosialisasi bahaya ini nggak terlalu ya. Makanya kegiatan seperti ini harus sering dilakukan terus

    ReplyDelete
  38. Makanya saya kurang suka kalau harus ngumpul sama orang-orang yang merokok, misalnya nongkrong di kantor atau rapat RT karena mayoritas perokok. Namanya badan dan pakaian jadi bau asap rokok meski nggak merokok, baju harus ganti. Makasih infonya Mbak (Ihwan).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas Ihwan, kenapa sik rapat gitu kudu sambil merokok. Mending makan gorengan ye kan.

      Delete
  39. Ya Allah tth cepet sembub buat SID.
    Aku tahu pneomonia ini waktu sepupu kena dan masih kecil juga kasian.
    Makasih bnyk teh sharingnya kelak berguna bgt buat para calon dan orang tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. trus sepupunya gimana, mbak? semoga ga terulang ya

      Delete
  40. Wah infonya lengkap banget tentang pneumonia. Nice share, mba..

    ReplyDelete
  41. Anaknya temenku ada yg kena pneumonia nular dr prtnya. Kdng kita ibu bekerja, pnya prt atau baby sitter jg harus ada cek kesehatan biar ngak nularin. Untung anaknya temenku msh dlm tahapan ringan krn langsung terdeteksi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah iya, mbak, penyebabnya bisa ketularan dari siapa aja. Kudu jaga kesehatan lingkungan.

      Delete
  42. Owh ternyata begitu ya...
    Kemaren anak sy jg sempet batuk agak lama dari biasanya, dan sempet nafasnya agak ngos2an gt. Tp alhamdulillah udah sehat, thx infonya bund

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah
      selanjutnya bisa dicek sesak napas atau tidak, ya, mbak.

      Delete
  43. Baca tulisan Mba membuat saya ... tercerahkan.

    Saya kebetulan pernah mengalami Pneumonia saat bayi. Dampaknya sedikit banyak terasa hingga sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iyakah? seperti apa dampaknya hingga dewasa?

      Delete
  44. Heleenn!!
    Ya Ampun, sid kena pneumonia pas masih bayi banget yaaa. Si abang kena pneumonia pas dia udah TK, ribet banget nyari rumah sakitnya. Pas libur pula, dokter enggak ada. Huhuhu

    Emang bener harus hati2 ya, padahal di rumah kami enggak ada satu orang pun yang merokok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Ajeng. Duh, pas liburan gitu ya, SID juga nih kalo ga salah pas weekend gitu masuk RS-nya.

      Delete
  45. Setelah baca ini aku baru benar-benar ngeh dan sadar bahwa pnemounia itu begitu dekat dengan keseharian kita
    Pola hidup dan lingkungan sekitar sangat menentukan ya, mbak

    Semoga kita semua terlindungi dan dan di kesehatan. Buat SID tumbuh sehat selalu ya, Nak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, mbak Arni. Pneumonia tidak bisa disepelekan.

      Delete
  46. jadi sedih ingat ponakan yang meninggal

    ReplyDelete
  47. Aku baru tau saat usia begitu dini ketika bayi, Sid pernah mengalami pneumonia. pasti sulit banget saat itu, perasaan mba Helena sebagai ibu sedih banget (berasa pingin peluk)

    Tapi Alhamdulillah, Sid tumbuh baik dan aktif. Sehat2 terus ya Sid dan keluarga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haduh, sebagai ibu baru beberapa hari langsung dihadapkan tantangan anak sakit rasanya tuh ... sulitlah diungkapkan. Syukurlah udah berlalu.

      Delete
  48. Di Bekasi ini tingkat polusinya tinggi, jadi kuatir juga kalau Hania terkena Pneumonia

    ReplyDelete
  49. Dulu anak nya teman ku ada yg meninggal usia 2 tahun . Katanya meninggal cuma Lg demam dan flu , dlu info tentang pneumonia sepertinya belum banyak .

    ReplyDelete
  50. Sid pernah kena pneumonia saat bayi ya..kebayang deh paniknya. Alhamdulillah sekarang udah sehat dan pintar.

    ReplyDelete
  51. Mbaaa aku baru bener2 baca soal pneumonia skrg dong huhu. Dirimu kuat ya. Alhamdulillah sid sehat yaaa. Aku izin share link ini ke grup BC yak. Kemarin pada bahas Pneumonia juga soalnya

    ReplyDelete
  52. Aku aja baru tau penyakit pneumonia ini gejalanya dari flu dan batuk

    ReplyDelete
  53. Sepertinya bunda SID akan lebih kasih asi esklusif nih untuk dede SiD

    ReplyDelete
  54. Nah gimana ya dgn Anak Anak yg berada di riau skrg ini. Duh kalau polusi udara saja bisa jadi penyebabnya

    ReplyDelete
  55. Duuh sedih banget pasti ya liat bayi terbaring sakit, pneumonia pula..apalagi baru aja lahir. SID sehat-sehat terus ya sekarang.

    ReplyDelete
  56. Flu memang ga boleh dianggap sepele ya, apalagi bagi bayi. Anak ART ku juga saat bayi terkena pneumonia, cukup lama juga dirawat di rumah sakitnya.

    Alhamdulillah Sid tumbuh sehat dan cerdas ya. Jadi kangen ketemu Sid lagi aku. btw, ternyata dari bayi Sid ga berubah wajahnya.

    ReplyDelete
  57. Baru tahu ternyata asap dapur yang mengepul bisa jadi pemicu pneumonia. Iya apalagi yang tinggal di perkotaan kawasan padat penduduk, pasti fentilasi dapurnya terbatas. Lebih baik masaknya di area luar ruangan saja ya kalo gitu.

    ReplyDelete
  58. Ternyata pneumonia itu berbahaya ya mba. Alhamdulillah SID sehat ya mba.

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,