Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Menjadi Orang Tua Panutan Anak

Wednesday, August 8, 2018

#HalodocHariAnak: Menjadi Orang Tua Panutan Anak

aplikasi halodoc
Tips menjaga psikis anak sejak dini
Fokus saya mencari halte bus teralihkan oleh suara teriakan dan tangisan dari belakang. Seorang pria berteriak marah sambil menggendong anak balita yang menangis kencang. Di depannya nampak wanita mendorong stroller sambil sesekali membalas teriakan sang pria. Di samping wanita tersebut berjalan anak laki-laki yang tergesa-gesa mengikuti langkah kaki si wanita. Mendengar percakapan mereka, dugaan saya mereka ini sekeluarga yang hendak pulang naik taksi namun ada miskomunikasi.

Kegaduhan terus berlanjut hingga di pinggir jalan. Pandangan orang-orang yang tertuju pada keluarga kecil ini tak meredakan lontaran teriakan. Sekilas saya menengok ke belakang, sang wanita memukul si pria. Anak laki-laki di sampingnya ikut menendang pria tersebut. Dan si balita masih menangis. Satpam mulai mendekat ke arah mereka. Saya bergegas menuju halte sambil memeluk SID.

Potongan kejadian di tempat parkir tadi masih terbayang selama perjalanan pulang. Saya khawatir pemandangan tidak pantas tersebut terekam lama di memori SID dan mempengaruhi psikisnya. Saya sempat bertanya pendapatnya. Ia berkata, “Itu kan tidak sopan.”.

Orang Tuaku, Panutanku

Bila dilihat dari nilai kesopanan, sungguh tak sopan anak lelaki yang menendang pria (ayahnya). Namun, hal itu wajar karena anak melihat sang ibu melawan teriakan si ayah. Anak tersebut merasa yang ibunya lakukan benar dan ia perlu melindungi ibunya dengan ikut menendang si ayah. Begitulah bagi si anak: orang tuaku adalah panutanku.

Pernyataan ini mengingatkan saya akan penjelasan Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K), psikiater spesialis anak dan remaja di RSCM, dalam talkshow #HalodocHariAnak di Jakarta, 31 Juli 2018 lalu. Talkshow bertema “Tips Menjaga Psikis Anak Sejak Dini” seperti menjawab kebutuhan orang tua yang ingin menjadi panutan bagi anak. Iya, orang tua menjadi idola dan panutan pertama anak sejak kecil. Namun, bagaimana caranya?

Panutan Negatif

Anak merupakan peniru ulung. Apa yang orang tua katakan dan lakukan mudah ditiru anak. Jika orang tua suka berteriak mengeluarkan kosa kata seisi Ragunan maka jangan kaget jika anak mudah berkata kasar. Jika orang tua “ringan tangan”, maka kemungkinan si anak gampang memukul temannya. Bahkan kebiasaan kecil seperti meludah sembarangan dapat ditiru anak. Seperti cerita teman saya yang menjadi guru TK, muridnya meludahi si guru.

Itu sebagian panutan negatif yang anak peroleh dari orang tua. Mungkin hal tersebut karena orang tua/dewasa salah bersikap dan berbahasa dalam menghadapi anak. Dr. Tjhin memberi contoh ketika anak memainkan deretan kaleng di supermarket hingga terjatuh, bagaimana respon orang tua? Jika orang yang lebih dewasa malah tertawa, menyebutnya “hebat!”, dan tanpa mengingatkan, anak merasa yang ia lakukan adalah benar.

Anak merupakan cerminan diri orang tua. Jika anak berlaku atau berkata negatif, cobalah melakukan refleksi diri. Apakah bersama anak pernah memotong antrean? Apakah pernah menggunakan calo dalam mengurus sesuatu? Apakah pernah mengajari anak berbohong? Misalnya, “Kalau Bu Siska mencari Ibu, bilang aja lagi tidur.”. Hmm…

aplikasi halodoc
Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) berbagi kiat menjaga kesehatan psikis anak


Panutan Positif

Ada negatif, ada pula positif. Orang tua dapat menjadi panutan positif bagi sang buah hati, baik itu di sisi bahasa, perilaku, maupun sikap agar terbentuk moral yang baik. Dan proses “Orang tuaku, panutanku” ini telah berlangsung sejak dini. Survei 1.176 orang di Amerika Serikat menyebutkan 2/3 dari orang dewasa percaya nilai moral dari anak telah menurun cukup banyak sejak saat mereka masih muda.

Mendidik anak butuh 3A: asah, asih, dan asuh. Mengasah dengan memberi stimulasi, mengasihi dan menyayangi, serta mengasuh dengan memberi kebutuhan pokok yang cukup. Dr. Tjhin mengajak kita menjadi panutan positif bagi anak-anak. Membesarkan anak bukan hanya soal menjaga kesehatan fisiknya, tetapi juga psikis. Sangat disayangkan bila anak tumbuh sehat secara fisik namun sisi sosialnya kurang berkembang.

konsultasi dokter gratis di halodoc
Tunjukkan perilaku positif mulai dari hal sederhana
Begini kiat menjadi orang tua yang memberi panutan positif bagi anak:

1. Sikap dan perilaku positif
Tunjukkan pada anak sikap dan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya orang tua tidak hanya berkata/menyuruh tetapi memberi contoh nyata. Sikap positif ini dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, meminta tolong bila butuh bantuan, membuang sampah di tempat sampah, dan mengantre dengan tertib.

Tunjukkan tata krama dan etika sesuai yang berlaku. Misal, ketika akan masuk ke kamar anak, ketuk pintu dan meminta izin terlebih dahulu. Dengan begini anak merasa dihargai privasinya dan dapat mencontoh perilaku orang tua.

2. Memiliki tujuan, fokus, dan perencanaan yang baik
Tunjukkan bahwa dalam hidup perlu adanya tujuan dan fokus menjalani aktivitas untuk meraih tujuan tersebut.

Contoh sederhana dapat dimulai dari kegiatan belanja bulanan. Sebelum belanja, buat daftar barang belanjaan, tanyakan menu masakan yang anak inginkan, dst. Saat belanja, ambillah sesuai yang direncanakan. Jika perilaku orang tua berbelanja sesuka hati, bisa-bisa anak menangkap gambaran bahwa berbelanja itu menyenangkan. Akibatnya, anak menjadi boros ketika punya uang sendiri.

3. Dukung passion anak
Ketahui passion dan minat anak kemudian kenalkan ia pada tokoh yang sesuai passionnya. Misal: anak suka berolahraga, perkenalkan ia pada atlet olahraga agar terpacu berprestasi.
Minat SID masih dalam tahap observasi namun ia ingin menjadi dokter. Jadi, saya beritahu dokter-dokter yang ia jumpai. Ada pula yang saya kenalkan dan minta berbagi cara menjadi dokter.

4. Tokoh sukses sebagai inspirasi
Mirip dengan poin ketiga, kenalkan anak dengan tokoh-tokoh sukses dari berbagai bidang. Semangat tokoh tersebut dapat menjadi inspirasi anak. Caranya dapat melalui buku, video, atau bertemu langsung.

5. Agama
Menghidupkan lentera keagamaan di dalam rumah. Sejak dini, kenalkan anak pada Tuhan dan ajak beribadah bersama agar kehidupan lebih tenteram serta anak mengetahui misi hidupnya.

6. Pujian
Berikan pujian untuk sikap, bahasa, dan perilaku positif anak. Sekecil apapun langkah positif yang ia ambil patut diapresiasi. Pujian ini membuat anak semakin percaya diri

7. Memahami perasaan
Orang tua perlu dapat memahami perasaan dirinya dan anak. Kemampuan ini sebenarnya sudah ada sejak si anak lahir. Saat bayi menangis, ibu dapat mengetahui penyebab tangisan tersebut, apakah haus, ngompol, ngantuk, atau yang lain. Ketika anak beranjak dewasa, kemampuan memahami perasaan si anak perlu terus diasah.

8. Mengembangkan empati
Ajak anak mengunjungi panti asuhan, menjenguk orang sakit, atau berdiskusi bencana alam di suatu tempat untuk mengembangkan empatinya dan bersyukur memiliki keadaan yang lebih baik.

Dalam sesi tanya-jawab, saya mendapat satu tips lagi supaya menghindari hal negatif pada anak. Caranya, jangan memaparkan hal tersebut. Contoh: anak boros dan suka berbelanja maka jangan gegabah dalam berbelanja dan jangan memancing dengan meletakkan uang sembarangan. Benar juga ya. Berarti kalau ingin anak tidak main HP melulu, jangan terus-menerus menggunakan HP di depan anak. Kan dia jadi ingin ikutan.

Talkshow kali ini benar-benar mengajak orang tua berefleksi diri. Sebelum emosi tinggi ke anak karena perilakunya negatif, coba deh bercermin.

Konsultasi Kesehatan, Beli Obat, Hingga Tes Lab melalui Aplikasi Halodoc

Bagaimana penjelasan dr. Tjhin di atas? Benar apa benar? Hihi… butuh membawa cermin kemana-mana, nih.

Kalau masih ada yang kurang jelas, jangan tanya ke saya, ya. Tanya langsung saja ke pakarnya melalui aplikasi Halodoc di smartphone.

Eh, udah tahu Halodoc, kan? Halodoc bukan apotek, bukan dokter. Aplikasi kesehatan terpadu berbasis online ini sudah diunduh lebih dari 1juta kali, lho.

beli obat murah di halodoc
Nana Nirmala dari Halodoc menjelaskan fitur-fitur Halodoc
Halodoc menyediakan tiga fitur utama, yaitu:

1. Pharmacy Delivery/ Apotik Antar
Pengguna dapat membeli vitamin, suplemen, dan obat dengan resep dokter secara online. Pesanan akan diantar dengan cepat menggunakan Go-Jek dalam waktu 60 menit. Bebas ongkos kirim!

Halodoc bekerja sama dengan apotek-apotek dan Watson menjaga keamanan pesanan. Setiap pesanan dibungkus plastik dengan segel merah. Segel ini susah dirobek jadi enggak khawatir isi obat bakal diotak-atik selama pengiriman.

Saya pernah cek harga obat-obatan yang rutin dikonsumsi ibu saya. Harga di Halodoc lumayan miring, lho, untuk obat paten. Di Halodoc juga bisa beli popok tapi sayangnya akhir-akhir ini stoknya kosong. Semoga segera re-stock supaya makin gampang belanjanya.

2. Contact Doctor/ Hubungi Dokter
Pengguna dapat berkonsultasi langsung dengan ribuan dokter melalui voice call, video call, dan chat. Tinggal pilih mau konsultasi ke dokter umum, spesialis anak, internis, atau spesialis mata yang online 24 jam. Jadi orang tua enggak boleh panikan. Mendingan #PakeHalodoc untuk hubungi dokter anak. Sekarang ini masih bebas biaya konsultasi, lho!

Fitur ini juga menyediakan pengingat jadwal dokter dengan pilih “Notify When Available”. Layaknya periksa ke dokter secara langsung, pengguna hanya dapat berinteraksi dengan tim medis sesuai jadwal praktek. Bila jadwalnya tiba, pengguna akan mendapat notifikasi di HP.

Awalnya saya berpikir konsultasi dokter ini tidak secara langsung. Pengguna kirim pesan ke dokter yang dituju, kemudian dokter akan membalas ketika sedang online. Maka, ketika dini hari saya terbangun karena gatal-gatal di badan, saya buka apps Halodoc dan melihat satu dokter umum yang online. Saya pun mengirim request untuk konsultasi. Rupanya langsung tersambung ke dr. Rizky saat itu juga dan beliau segera menanyakan keluhan saya. Hah, pukul 2 pagi konsultasi dokter dari rumah? Hehehe, maaf ya dok, ganggu saat malam. Eh, mungkin bu dokter sedang jaga malam kali ya, sekaligus buka praktek di Halodoc.

3. Lab Service
Fitur lab service memungkinkan pengguna memesan tes laboratorium seperti tes anemia screening, basic check up, dsb. Petugas lab dari Prodia akan mendatangi pengguna ke rumah atau kantor. Yup, tak perlu datang ke Prodia. Untuk sementara, lab service khusus wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Halodoc telah bekerja sama dengan beberapa asuransi kesehatan. So, aktifkan fitur "Link Your Insurance" untuk memudahkan klaim asuransi pembelian obat dan konsultasi dokter. Asyik banget, kan.

Yuk ah, yang belum download apps Halodoc, segera cari di Google Play atau App Store. Kepo-in juga tips-tips kesehatan di website Halodoc dan instagram @halodoc.

pesan tes lab prodia di halodoc
Pukul 2 pagi konsultasi dokter lewat smartphone? Bisa dong, #PakeHalodoc
Alhamdulillah dapat mengikuti talkshow berfaedah bersama #HalodocxMBC. Kini, tugas saya memperbaiki diri agar layak menjadi panutan positif bagi anak. Karena anak dengan psikis yang sehat, dapat menyalurkan emosi positif dan membawa kebaikan bagi lingkungan.

Bagaimana kiatmu menjaga kesehatan psikis anak?

29 comments on "Menjadi Orang Tua Panutan Anak "
  1. waduh ngeri juga ya Mbak..anaknya sampai ikutan nendang Ayahnya begitu.
    Memang anak peniru ulung. Dan karena orang tua adalah orang yang terdekat denga mereka tentu anak akan meniru sikap dan perilakunya tanpa tahu itu baik atau buruk...hmm, jadi msuti instropeksi juga saya nih

    Talkshow yang bermanfaat sekali :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kadang kita kelepasan menjaga emosi sampai sikap tersebut ditiru anak. Sama-sama introspeksi diri, mbak.

      Delete
  2. Bener banget nih
    Anak itu peniru ulung
    Apa yang dia lihat dan dengar akan menjadi contoh baginya
    Makanya sebisa mungkin kita ngasi contoh yang baik ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, mbak. Orang tua juga tidak sempurna tapi alangkah baiknya berusaha memberi contoh yang benar.

      Delete
  3. Orangtua sebagai panutan anak, harus memberikan contoh yang baik yah mbak.. Jangan sampai malah yang jeleknya yang ditiru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dan ini ga cuma orang tua lho tapi juga orang dewasa di sekitar anak.

      Delete
  4. Setiap anakku melakukan hal positif, saya selalu memujinya agar ia semakin semangat melakukan hal-hal positif ��

    Dan kalo di depannya, sebisa mungkin saya dan papanya menampilkan hal yang bagus-bagus agar ia bisa menirunya karena kami sadar, anak adalah peniru ulung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang tua tertuntut memperbaiki diri terus-menerus which is good for ourselves.

      Delete
  5. Mantap Halococ, memberikan talkshow yang bermanfaat. Memang orang tua harus hati2 banget karena akan jadi panutan anak, ya Mbak.

    ReplyDelete
  6. Anak memang peniru ulung banget, ya. Dan seperti spons. Menyerapnya cepat banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah mengapa perlu menjaga sikap di depan anak.

      Delete
  7. anak adalah cermin dari orang tua. Memutuskan jadi orang tua, memang nggak bisa main-main. Ngeri banget kalau terjadi seperti cerita yang mengawali tulisan ini. Orang tua bisa menjadi panutan positif atau negatif melalui perilakunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga masalah mereka terselesaikan dengan baik, ya.

      Delete
  8. Talkshow nya bermanfaat banget nih buat orangtua. Karena memang proses belajar jadi orangtua itu gak akan pernah selesai sampai kapan pun.

    Setuju Mbak. Cara terbaik untuk mengajarkan anak perilaku yang baik, ya dengan kasih contoh yg baik juga.
    Nice share (",)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah, selalu semangat berproses menjadi orang tua panutan positif anak.

      Delete
  9. banget mb nirunya aku aja jd role model buat Neyna dari bagaimana cara nyium sampe kalau misalnya aku bikin kesalahan dy blg sok sok nyak wkwkkwk makanya bener2 harus jd panutan positif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe, nah kan sampai kata-kata ditirukan. Ketahuan deh ortunya seperti apa.

      Delete
  10. Aku pernah nih ngelempar cucian dr jarak jauh ke mesin cuci.terus besoknya anakku ngelempar baju yang mau dicuci dari pintu dapur. Deg. Ya Allah langsung ditiru :(

    ReplyDelete
  11. menarik juga ya aplikasi halodoc

    ReplyDelete
  12. Beberapa hal yang seharusnya diajarkan orangtua ke anak hingga kini perlahan berkurang. Salah satunya ya dengan mengajarkan empati terhdap anak. SMoga kita tetap mengajarkan itu ya ke anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Empati itu penting. Anak cerdas ga cuma yang pintar baca dan berhitung.

      Delete
  13. Setujuuu.. kalau bukan kita orangtuanya, lalu sama siapa mereka cari panutan?

    ReplyDelete
  14. serem ya, anak nendang orang tuanya. memang benar menurut psikolog ibu elly risman beliau berpendapat bahwa anak kecil yang belum dewasa sangat gampang meniru, mencontoh prilaku orang di sekitarnya, oleh karena itu, sebagai orang tua kita seharusnya harus lebih membuat kurikulum dalam keluarga

    ReplyDelete
  15. Dengan teladan juga, mereka malah bisa mengingatkan ortu yg kadang gak bener, semisal terlalu pelit sama orang (hihi), suka marah, dll.. Itu kan juga bisa sbg reminder pas kita lengah jadi baik ☺

    ReplyDelete
  16. Iyo jd ortu kudu ati2 banget segala tindak tanduk ditiru anak.
    Baru tau kalau halodoc ada semacam apotek online-nya. Bahkan ada cek lab yg bis ake rumah. Kalau rumahnya Cilebut dilayani gak ya, pengen periksa Hb hehe

    ReplyDelete
  17. Aku belum donlot aplikasinya. Btw iti jam dua pagi apa dua siang konsul dokternya. Terang soalnya

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,