Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Belajar Sejarah Sambil Wisata Kuliner Cikini dengan Walking Tour Cikini

Saturday, February 4, 2023

Biasanya liburan dengan anak-anak hanya ke suatu tempat lalu eksplorasi tempat tersebut. Namun, liburan kali ini berbeda karena kami berjalan kaki selama dua jam sambil belajar sejarah plus wisata kuliner. Destinasinya di dalam kota Jakarta saja tepatnya walking tour Cikini. Apa saja tempat menarik di Cikini?




Jadi Turis di Kota Sendiri

Seberapa mengenal kota sendiri? Baru 7 tahun tinggal di Jakarta saya sudah lumayan memahami transportasi umum terutama bus Transjakarta dan beberapa tempat wisata di tengah kota. Secara berkala saya dan anak-anak senang berkunjung ke museum, perpustakaan, dan taman di Jakarta.


Baca juga: Naik Bus Transjakarta Bersama Dua Anak


Namun, jalan-jalan dengan beneran berjalan kaki di kota sendiri masih jarang. Oleh karena itu, saya mengajak anak-anak menjadi turis di kota sendiri dengan walking tour. Iya, berwisata sambil berjalan kaki. 


Sebelumnya saya bertanya ke SID mau apa tidak model liburan seperti ini karena bakal capek kan jalan kaki terus. Alhamdulillah ia tertarik.


Supaya enggak nge-blank banget, kami walking tour dengan pemandu profesional dari Jakarta Good Guide. Ada dua program, public and private tour. Kami memilih private tour dengan maksimal pergrup 10 orang.


Tak hanya keluarga kami yang ikut, dua keluarga homeschooler di Jakarta juga tertarik ikutan yaitu Mbak Ita dan Mbak Etha. Totalnya kami ber-9 yang mengikuti walking tour.


Walking Tour Cikini

Banyak tujuan walking tour yang dapat dipilih seperti Senen, Blok M, Pasar Baru, Chinatown, Gambir, dan sebagainya. Namun, atas saran admin saya memilih walking tour Cikini karena tidak terlalu banyak jalan dan tujuannya ramah anak.

Kami sudah mempersiapkan diri dan perbekalan. Anak-anak juga mudah bangun namun Sabtu itu Jakarta diguyur hujan sejak pagi. Waktu menunjukkan pukul 8, hujan tak kunjung reda. Kami tetap berangkat menuju meeting point Kantor Pos Cikini.


Di tengah perjalanan, Kak Farid, pemandu wisata, mengirim pesan mengabarkan di Cikini sedang hujan deras. Ia berteduh di Menteng Huis yang lokasinya berseberangan dengan meeting point.


Sambil terus berdoa supaya cuaca kondusif karena kami bakal berjalan kaki selama tour, saya menyadari satu hal. Dompet saya ketinggalan! Saat itu saya pergi dengan Sid dan Uno, mereka tentu tidak bawa dompet (punya saja enggak 😆). Coba bongkar isi tas, kami menemukan uang 18.000 rupiah. Yah kalau mentok, nanti pinjam teman, deh. 


Alhamdulillah ... enggak sampai pinjam uang. Sekarang sudah bisa tarik tunai tanpa kartu. Ada mobile banking di HP dan yang penting ada saldonya (terima kasih Ayah). Di Menteng Huis pun ada mesin ATM. Rezeki ....


Sampai di Menteng Huis kami bertemu dengan Kak Farid dan peserta tour dari keluarga Mbak Ita. Hujan masih rintik-rintik. Kami menunggu 30 menit namun belum ada tanda-tanda reda. Gimana, nih, mulai tour atau tidak?


Setelah menimbang, kami sepakat untuk mulai walking tour. Kami pun menyiapkan payung dan jas hujan masing-masing. Bismillah.


Wisata Sejarah Cikini



Kantor Pos Cikini

Tujuan pertama wisata sejarah Cikini yaitu berkunjung ke Kantor Pos Cikini. Sudah berapa tahun, ya, tidak mengirim surat melalui kantor pos. Anak-anak juga belum pernah saya ajak ke kantor pos.


Kantor Pos ini dulunya perusahaan Belanda. Kemudian pada tahun 1940-an difungsikan menjadi kantor pos hingga sekarang.


Setiap mengirim paket atau surat kan perlu ditimbang untuk menentukan biayanya. Nah, di Kantor Pos Cikini masih ada tiga timbangan jadoel, lho! Timbangan ini buatan Belanda.


Kantor Pos Cikini buka 24 jam selama 7 hari dalam sepekan. Ini satu-satunya kantor pos di Jakarta yang beroperasi 24/7. Bahkan di hari besar yang biasanya kantor libur, Kantor Pos Cikini masih buka hingga sore. 


Di lain waktu mau mampir sini ah. Saya ingin mengajak anak-anak mengirim surat.


Bakoel Koffie

Bakoel Koffie merupakan salah satu kafe kekinian tetapi mempertahankan nuansa vintage di deretan jalan Cikini. Menurut Kak Farid, lokasi awal Bakoel Koffie bukan di Cikini tetapi di Kebon Jeruk yang dekat Sawah Besar. *sekitar masjid Kebon Jeruk, itu, lho.


Sebelum berjualan kopi, usaha keluarga Liauw Tek Soen diawali dengan warung nasi. Namun saat melihat wanita membawa bakul berisi kopi maka muncul ide untuk berjualan kopi. Eh kok warungnya makin laris hingga diberi nama Bakoel Koffie.


Rumah Hasjim Ning

Sebuah rumah megah didominasi cat putih berdiri megah di Cikini. Rumah ini milik almarhum Hasjim Ning. Beliau adalah pengusaha otomotif dari Indonesia yang mengimpor mobil-mobil produksi Amerika dan Eropa.


Taman Ismail Marzuki

Tempat wisata Cikini yang paling sering kami kunjungi ya Taman Ismail Marzuki (TIM) tetapi saya baru tahu kalau tanah di TIM ini dulunya milik Raden Saleh. Lukisan raksasa beliau terpampang di salah satu dinding gedung TIM.


Maestro pelukis Raden Saleh memiliki tanah dari TIM hingga RS PGI Cikini. Rumah sakit ini dulunya merupakan rumah beliau sebelum akhirnya dijual ke pihak lain.


Komplek Taman Ismail Marzuki dulu sempat menjadi kebun binatang Cikini, lho, sebelum akhirnya dipindah ke Ragunan.


Saat ke TIM, kami mampir sebentar ke Perpustakaan Jakarta untuk mengembalikan buku. Kami masuk lewat lantai 3. Kalau ke lantai 4 khawatir Uno minta main masak-masakan. Hehe ....


Baca juga: Perpustakaan Jakarta Ramah Anak


Perguruan Cikini (Percik)

Perguruan Cikini berada sederet dengan stasiun Cikini. Anak-anak Presiden Soekarno bersekolah di sana seperti Guruh Soekarno Putra dan Megawati Soekarno Putri.


Saat dies natalis Perguruan Cikini di tahun 1950-an, Bung Karno datang untuk turut merayakan. Naas, ada yang melempar granat ke acara hingga menyebabkan kerusakan termasuk pada mobil Bung Karno. Beliau sendiri selamat dengan bersembunyi di gedung seberang perguruan.


Hingga kini Perguruan Cikini masih menjadi komplek sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan SMK termasuk Sekolah Menengah Kejuruan Musik yang dikenal dengan SMM Percik.


Baca juga: Naik Angkot Gratis di Jakarta


Rumah Ahmad Soebardjo

Ahmad Soebardjo merupakan salah satu perumus naskah proklamasi bersama Soekarno dan Hatta. Kami berhenti di depan rumah almarhum. Bentuk bangunannya tak nampak jelas dari depan karena tertutup pagar tinggi dan seng.


Bagaimana ya proses merumuskan kalimat demi kalimat yang akan dibacakan saat proklamasi, jadi ingin masuk lorong waktu. Kak Farid menjelaskan Ahmad Soebardjo tidak hadir saat deklarasi proklamasi tersebut karena ... tidur. *Terima kasih atas jasamu, Pak.


Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Soebardjo menjadi menteri luar negeri Indonesia pertama.


Wisata Kuliner Cikini

Selain belajar sejarah bangunan di sekitar Cikini, kami juga wisata kuliner. Banyak tempat kuliner Cikini yang telah ada sejak puluhan tahun lalu. Kami berkunjung ke dua diantaranya, yaitu:


Roti Legenda Tan Ek Tjoan


Roti Tan Ek Tjoan awalnya diproduksi di Bogor. Kemudian Tan Ek Tjoan melakukan ekspansi ke Jakarta dengan membuat pabrik dan toko di Cikini. 


Saat ini pabrik tersebut sudah tutup dan pecah kongsi. Ada Tan Ek Tjoan buatan Bogor dan buatan Jakarta (kalau tak salah pabriknya di Tangsel).


Kedua versi roti Tan Ek Tjoan menjajakan dagangannya hingga sekarang dengan gerobak kayuh yang mudah dijumpai di pinggir jalan Cikini. Bedanya terletak pada warna gerobak, ada yang kuning dan putih.


Saat itu kami membeli roti Tan Ek Tjoan produksi Bogor. Aneka rasa roti seperti cokelat meses, keju, mozarella, donat, roti gambang, dan sebagainya. Harga per roti Rp10.000,00.


Es Krim Tjanang (Tjan Njan)


Ini rute walking tour Cikini yang paling ditunggu anak-anak yaitu es krim Tjanang (d/h Tjan Njan). Toko es krim Tjanang sudah berganti menjadi Hotel Cikini. Di dalamnya terdapat satu freezer yang menjual es krim klasik aneka rasa.


Kami berhenti cukup lama di sini menikmati es krim walau dari tadi kehujanan. Satu cup kecil seharga Rp15.000,00 dengan aneka pilihan rasa seperti vanila, cokelat, stroberi, kopyor, malaga, tape ketan, durian, kacang ijo, alpukat dan sebagainya. 


Bung Karno suka makan es krim Tjanang juga, lho. Favorit beliau rasa kopyor.


Baca juga: Meru Pitstop Cafe dan Resto Instagrammable di Sentul


Suka Duka Walking Tour

Overall walking tour belajar sejarah dan wisata kuliner di Cikini ini menyenangkan. Kami (atau saya) jadi seperti kembali ke masa sekolah. Mendengar nama-nama pahlawan dan peristiwa bersejarah yang selama ini harus dihafal karena sering banget keluar saat ujian. Kembali mengulang isi teks proklamasi, kami ucapkan ramai-ramai di pinggir jalan Cikini. Haha ....


Namun, saat itu hujan mengguyur sepanjang dua jam perjalanan kami dari Kantor Pos Cikini hingga rumah Ahmad Soebardjo. Ada momen anak-anak senang menikmati hujan, malah sengaja melewati kubangan. Namun, Uno beberapa kali minta gendong karena risih kakinya basah dan ketemu badut. Oh la la ....


Alhamdulillah Allah beri kekuatan dan kesabaran pada saya. Saat merencanakan walking tour ini saya berpikir apa membawa stroller, mempersiapkan diri jika Uno minta gendong karena kecapekan. Pegel, sih, menggendong anak sambil memegang payung. Tak banyak juga foto dan video yang saya ambil saat pemandu menjelaskan.


Tapi ... enggak kapok, kok, berwisata dengan model walking tour begini. Penasaran dengan destinasi walking tour lain karena tempat-tempat tersebut sering saya lewati. Menarik mengetahui cerita di balik suatu tempat dengan lebih mendalam plus makan es krim. Hihi ....


Pernahkah mengikuti walking tour ke suatu tempat? atau tertarik mencoba?

25 comments on "Belajar Sejarah Sambil Wisata Kuliner Cikini dengan Walking Tour Cikini"
  1. pernah ngirim surat tapi surat perusahaan melalui kantor pos.
    eh ia perangko masih berlaku gak ya Kak?

    ReplyDelete
  2. Kalau di Cikini, dulu saya pernah menginap di Hotel Alia bersama istri dan anak yang masih satu. Ada kolam renangnya di lantai satu kalau nggak salah. Kawasan itu memang bagus, tapi tidak sempat masuk juga ke Taman Ismail Marzuki.

    Mungkin kalau tidak hujan, bakalan lebih seru jalan kakinya. Tapi ya, nanti bisa dicoba lagi, lah, Mbak, dengan hujan yang lebih deras lagi, eh, hehe...

    ReplyDelete
  3. mbak, bisikin donk kalau mau ikutan walking tour kayak gini gimana, seru banget ya seharian mengelilingi satu daerah, ke tempat2 wisatanya yang ternyata cukup banyak juga. kalau pergi sendiri suka bingung mau ke mana kan soalnya yaa, hehehe

    aku belum ke TIM lagi nih, padahal pengen banget ke sana deh

    ReplyDelete
  4. Wih jadi kangen masa2 keluyuran begini. Jaman anak-anak lebih kecil kami sering melakukan kunjungan museum dan jadi turis di Jakarta. Lha anak makin gede kok makin males, wkwkwk. Terakhir saya jalan kaki sepanjang Thamrin sampai Sabang. Tentulah kalau daerah situ yg jadi cerita wisata kulinernya, kekekeke, bukannya wisata sejarah. Kapan2 kalau ada lagi pengin ikutan dong. Cara daftare piye to?

    ReplyDelete
  5. Uno oh Uno minta endong ya, Ugo jg rada2 klo kena becekan 😅 gara2 mbaknya suka lebay jadi dia nggak betahan basah kotor dikit kakinya 😭
    Seru banget keliling gini. Yg merumuskan teks malah nggak hadir ya, ku udah lupa euy sejarah. Dulu ikut filateli di Tangerang tapi entah kmana perangko2nya

    ReplyDelete
  6. Walking tour gini lebih menyenangkan tapi aku belum pernah. Beberapa waktu lalu ada yang nawarin, tapi belum kusambut karena jadwalnya pas Jakarta hampir tiap hari diguyur hujan (thn 2022).

    Bisa kebayang kondisi gendong anak sambil pegang payung, jadi ga banyak ambil foto, karena memang agak repot ya. Hujan pula. Mungkin di lain waktu kudu cobain lagi saat cuaca nya lebih bagus. Hujan gak, terlalu panas juga gak.

    Aku jadi penasaran sama Rumah Hasjim Ning. Sampe googling buat cari tahu 😁

    ReplyDelete
  7. Ahmad Soebardjo tidak menghadiri acara deklarasi proklamasi karena....tidur. Penjelasan ini kenapa terasa lucu saya baca yaa... Tadinya, saya pikir kenapaaaa gitu..ternyata tidur. Tapi masuk akal sih ya mbak..masa-masa itu diceritakan genting sekali. Mr Ahmad bisa jadi kecapekan karena kurang tidur di beberapa hari itu.
    Pas awal Mba Helena nulis Cikini, saya langsung inget suatu peristiwa bersejarah yakni Peristiwa Cikini. Tapiiii, saya tuh lupa itu peristiwa apa, pokokna mah cuma ingat sebutannya aja hahaha. Eh trus dijelasin dong soal Pak Soekarno dilempar granat. Thanks mbaaa...

    ReplyDelete
  8. Wah di Jakarta juga ada modelan walking tour gini yah. Berarti total ada 2 jam mba? Tapi anak2 juga enjoy banget sih ya. Aku juga ikutan walking tour di Malang cuma melongo. OOoo ternyata gini tho ceritanya, sejarahnya. Jadi turis di kota sendiri tuh rasanya "ke mana aja sih lu?" wkwkwk.

    ReplyDelete
  9. Aku dan keluarga pernah!

    Walking tour tapi khusus eksplor Lubang Jepang di Bukittinggi Sumatera Barat.
    Lubang/Gua ini termasuk dalam kompleks Taman Panorama.

    Lokasinya tidak terlalu jauh dari Jam Gadang hits itu!

    Disebut Taman Panorama karena menawarkan panorama Ngarai Sianok dari kejauhan.

    ReplyDelete
  10. Waah hujan-hujan tapi masih semangat ya jalan2nya. Cikini kyknya emang menarik ya dijelajahi. Aku soalnya pernah jalan kaki dr TIM ke Gondangdia dan suka liat beberapa bangunan lawas tapi ya kyk kantor ma rumah org gak tau sejarahnya.
    Kalau pakai tour guide gini gmn caranya? Tinggal hubungi aja
    Itu maksimal 10 orang atau minimal?
    Apakah kudu rame2 atau boleh kalau sendiri misal sekeluarga atau sendiran aja gitu?

    ReplyDelete
  11. Tan ek tjoen tu kondang banget ya mbak blm pernah nyobaim tapi sering liat dan baca cerita orang2 yg makan rotimya. Kalo bisa bertahan sekian lama pasti lah enak bgt

    ReplyDelete
  12. aku udah lihat nih TikToknya, btw dulu aku SMP di SMP 1 Cikini jadi saat ini cukup sering bolak balik TIM, kulineran di sekitar Cikini sampai melipir ke masjid cut mutiah

    ReplyDelete
  13. Seru ya walking tour begini jadi menambah wawasan dan pengalaman anak-anak tentang tempat bersejarah. Aku pernah ajak anak-anak walking tour Kota Lama Semarang seru juga

    ReplyDelete
  14. Wah iyaa kalo walking tour saat hujan deras ya agak kurang nyaman ya. Tapi anak-anak malah menikmati bisa hujan hujanan.

    Roti Tan Ek Tjoan legenda banget ya, udah sejak lama berproduksi sampai sekarang.

    ReplyDelete
  15. Mbaah Helena ternyata seruu ya di cikini ya ampyun aku baru tauu banyak yg bisa di pelajari anak anak...

    ReplyDelete
  16. baru sekali ikutan walking tour di Malang itupun pas bantuin dispar malang promosi kawasan heritage. Seru juga ya mbak bisa mengulik lebih jauh suatu daerah menurut sejarahnya

    ReplyDelete
  17. Seru banget wisata sejarahnya. Aku sendiri belum pernah wisata sejarah Cikini secara langsung, baru secara virtual waktu masih pandemi dulu. Ternyata dari satu tempat saja kita bisa menemukan banyak informasi sejarah, ya. Keren banget liburannya Sid dan Uno.

    ReplyDelete
  18. Walking tournya agak PR karena hujan. Untung anak-anak suka. Eh, keponakanku kayanya pun bakal seneng bisa sambil main air, hehehe. Kalau aku paling pengen ke Taman Ismail Marzuki. Wisata kulinernya, pas banget buat hadir saat cape jalan-jalan

    ReplyDelete
  19. Aku pernah ikutan walking tour di Semarang, menyusuri jalur gula. Pada jaman dahulu kan awal mulanya pusat distribusi gula ada di Semarang. Si raja gulanya orang keturunan Tiongkok yang punya rumah megah di sini. Seru loh ikutan walking tour gini, menelusuri berbagai tempat bersejarah di kota sendiri.

    ReplyDelete
  20. Kak Heleeen...
    Aku juga pingin walking tour. Jadi sebagai warga di sebuah kota, kita gak hanya numpang hidup, tapi juga paham sejarah serta kuliner yang melegenda dan asik untuk dinikmati.

    Aku pingin ikut kalau ada yang d Bandung.
    Jelas ini aktivitas yang menyenangkan!

    ReplyDelete
  21. Seru juga ya mengunjungi Kantor Pos Cikini bareng anak-anak. Saya penasaran pengen cobain roti legendaris Tan Ek Tjoan ama es krim Tjanang.

    ReplyDelete
  22. seruuu banget mba.. aku sering main ke sini dan pernah juga baca mengenai sejarah Cikini yang penuh warna. apalagi memang dekat kantor aku kaan tempatnya

    ReplyDelete
  23. Asyik juga yah berwisata model walking tour sekalipun hujan-hujanan, tapi itu justru menambah keseruannya. Mau juga ah suatu saat melakukan wisata walking tour tapi jangan yang jalan kaki semua, lututku kayaknya sudah tidak mampu jalan jauh dan lama, hehehe.

    ReplyDelete
  24. Salut bawa anak-anak - kondisi hujan hujanan - tapi tetap semangat buat walking tour! Pastinya akan menjadi sweet memories buat SID dan adiknya ya Helena

    Aku belum pernah ke sini sama sekali, kecuali lewat lewat yaaa... padahal suamiku betawi asli, dan dia gak suka jalan jalan! Oke ini recommended banget, aku mau ikutan daftar sama anak anak ajalah

    ReplyDelete
  25. Serunyaaa main di kota sendiri ya, ternyata Cikini banyak berubah ya. Nantilah kalau ke Jakarta mampir-mampir ke wisata sejarah di Cikini..

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,