Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Pengalaman Sekeluarga Positif Covid-19

Monday, May 10, 2021
Cukup sekali aku merasa … positif covid-19. *eh malah nyanyi. Penyakit yang naik daun sejak Maret 2020 di Indonesia ini mengisi hari-hari keluarga kami di bulan Ramadan tahun ini. Penyakit yang unik karena setiap orang mengalami gejala berbeda bahkan di awal kami tidak menyangka sama sekali bahwa sakit ini karena positif covid. Apa saja gejalanya dan bagaimana proses isolasi berikut ini sebagai kenang-kenangan supaya enggak terjadi lagi. Aamiin ….


cara isolasi di wisma atlet
SID bergaya saat isolasi di Wisma Atlet

Gejala Covid-19 pada Keluarga Kami


1 Ramadan 1442H, namanya awal puasa semangat dong menjalankan puasa termasuk SID yang tahun ini ikut belajar berpuasa. Siang harinya ia demam lalu tidur siang. Tumben, lho, SID tidur siang. “Ah mungkin karena tadi belajar puasa sampai siang,” begitu pikir saya.


Sore harinya SID terbangun dengan kondisi sudah membaik. Giliran Ayah SID yang demam. Hari itu Ayah keliling mengurus pekerjaan dari Cempaka Putih hingga ke Glodok. Pikiran kami pun sama, mungkin capek.


Namun, demam Ayah SID naik turun ditambah lagi ia merasa pusing. Anehnya, setiap minum air rasanya manis. Selama seminggu kondisi ini tak kunjung membaik bahkan muncul gejala batuk pilek. Ayah nampak lemas, hanya rebahan.


Ia sempat berangkat kerja. Siangnya pulang langsung tiduran lagi. Lemas banget bahkan menggendong Uno pun tak sanggup. Ayah kenapa? Kalaupun sakit biasanya tak selama ini.


Ayah pun periksa ke Puskesmas, bahkan dua kali. Di sana diarahkan untuk tes darah karena dikira tifus. Akan tetapi, hasilnya negatif. Hanya sel darah putih Ayah yang di bawah normal, itu tandanya tubuh sedang melawan virus.


Berhubung masih penasaran apa sakitnya, Ayah inisiatif tes RT-PCR ke RS. Esok paginya hasil tes keluar. Benar saja, Ayah terkonfirmasi positif Covid-19. Jreng … jreng … petualangan dimulai.


Saat Ayah positif, saya baru menyadari bahwa hidung saya tidak dapat mencium bau apapun alias anosmia. Pantas saja saya tidak tahu kalau Uno BAB di popok. Balsem dan minyak telon yang biasa saya pakaikan ke Uno pun tidak tercium sama sekali.


Selain anosmia, tubuh saya mulai oleng. Batuk, pilek, dan kepala mudah pusing jika beraktivitas terlalu berat, kebanyakan bicara (enggak boleh cerewet, Bu), atau kelamaan melihat layar.


Sementara anak-anak mengalami gejala batuk, pilek, dan demam namun tidak sampai separah Ayah. Mereka tetap ceria, aktif, dan lahap makan. Alhamdulillah.


Hampir tiap malam Uno batuk hingga muntah. Hal ini wajar sebagai bentuk tubuh mengeluarkan dahak. Siapkan saja wadah di samping kasur untuk berjaga-jaga.


Baca juga: Ide Kegiatan Liburan di Rumah

 

Isolasi Mandiri di Rumah


Semenjak tahu Ayah positif, Ayah tidur terpisah. Jika keluar kamar untuk ke kamar mandi, Ayah pakai masker. Sebenarnya sudah telat juga, sih, karena sebelumnya kan kami banyak kontak dengan Ayah. Ga tega, lah, melihat Ayah sakit tapi harus dipisahkan seperti ini.


Kami pun isolasi mandiri di rumah dengan kondisi seadanya. Padahal niat belanja ke pasar sejak seminggu lalu tapi karena Ayah sakit jadi tertunda. Syukurlah bisa belanja online kebutuhan sehari-hari dan diantar sampai depan pintu.


Saat itu stok masker medis tidak ada jadi saya minta tolong tetangga untuk membelikan. Alhamdulillah para tetangga baik banget, bantu beli ini-itu, mengirim makanan tiap hari. Kami memang berjarak dari dunia luar untuk jaga kesehatan tetapi dukungan warga sekitar sangat membantu kami saat menjalankan isolasi. Terima kasih banyak, ya!


cara isolasi mandiri di rumah
Kiriman makanan dari tetangga ada aja yang ketuk pintu setiap hari. Alhamdulillah.

 

Tes PCR, Pengalaman Pertama Anak-anak di-swab


Ayah melapor ke petugas Puskesmas bahwa dirinya positif melalui Whatsapp. Petugas pun mendata keluarga dan pihak yang kontak erat untuk tes PCR.


Esoknya, saya dan anak-anak tes PCR di lapangan seberang Puskesmas. Di sana berdiri tenda dengan kursi-kursi berjarak. Petugas di depan laptop memanggil nomor antrean kemudian menyocokkan data orang yang akan dites dengan daftar di laptopnya. Di sini yang akan tes hanya untuk ibu hamil dan orang yang kontak erat dengan pengidap covid-19.


“Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) adalah proses yang digunakan untuk mengkonfirmasi apakah seseorang mengidap COVID-19 dengan mendeteksi asam ribonukleat (RNA) dari virus SARS-CoV-2. Cara pengambilan sampel dengan mengambil swab dari rongga nasofaring dan orofaring.”(1)

Ini pengalaman pertama saya dan anak-anak bakal di-swab. Mendengar cerita teman-teman yang sudah mengalaminya, katanya sih enggak enak. Huhu … namun ku harus tegar di depan SID dan Uno.


swab test anak kecil
pengalaman SID swab PCR di Puskesmas


Giliran kami pun tiba. Saya yang pertama di-swab. RT-PCR berbeda dengan swab antigen. Jika antigen hanya mengambil sample dari 1 lubang hidung, RT-PCR dari 2 lubang hidung dan orofaring alias tenggorokan juga kena swab. Rasanya dingin dan dalaaaam ketika swab di hidung.


Selanjutnya Uno di-swab sambil saya gendong. Ia menangis, menutup mulutnya rapat-rapat. Namun petugasnya berhasil juga swab tenggorokan dan satu hidung.


SID ada di samping saya sambil main HP. Tiba gilirannya, ia duduk sendiri di kursi. Ekspresinya kaget ketika swab di tenggorokan. Selanjutnya ia menangis ketika swab di hidung. Ah sungguh hati saya terpoteque melihat kedua jagoan saya menangis harus menjalani tes ini. Kalian kuat dan berani, Nak!


FYI, swab di Puskesmas biayanya gratis tetapi tidak bisa kita minta swab jika tidak ada gejala atau kontak erat dengan pasien. Untuk biaya PCR di rumah sakit bervariasi. Ayah SID pernah tes PCR di RS Kartika Pulomas, Jakarta Timur dengan biaya sekitar 500-600ribu rupiah.

 

Masa-masa Kelabu


Di hari yang sama, Ayah minta ke Puskesmas untuk pindah isolasi di Wisma Atlet karena kondisi di rumah tidak kondusif. Prosesnya akan saya ceritakan di artikel terpisah, ya.


Sementara itu, saya dan anak-anak kembali isoman alias isolasi mandiri di rumah sambil menanti hasil tes PCR. Tidak keluar rumah, segalanya beli dan bayar online. Sempat sih buang sampah sekali aja, itupun menunggu keadaan di luar sepi.


Baca juga: Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi dan Anak


Saat itu kondisi saya semakin oleng. Batuk, pilek, mau memasak sudah enggak kuat, plus mengurus dua bocil yang harus tinggal di dalam rumah saja. Dua hari menanti hasil tes PCR dalam kondisi seperti itu membuat saya terbangun tengah malam kemudian susah tidur. Hidung mampet, kepala pusing, Ya Allah kuatkan saya ….


Syukur alhamdulillah saya aktif chat dengan dokter keluarga alias kakak. Ia menyarankan untuk beli obat dan vitamin. Selama setahun terakhir anak-anak jarang banget sakit sehingga stok obat banyak yang kedaluwarsa. Beberapa suplemen yang direkomendasikan, yaitu:


  • Nasal spray untuk anak dan dewasa.
  • Vitamin D3 (Prove-D, NOW, dsb)
  • Vitamin C dan Zinc (Imunped, dsb)
  • Suplemen probiotik (Lacto-B untuk anak dan Rillus untuk dewasa)


Sebaiknya konsultasi ke dokter ya sebelum mengonsumsi obat dan vitamin di atas karena kondisi tiap orang berbeda-beda. Hati-hati juga akan informasi obat covid yang beredar, cek hoax atau fakta.


Oh ya, sering cek kadar oksigen dalam darah pakai Oximeter juga. Untuk yang isolasi mandiri sebaiknya memiliki Oximeter.


Saturasi oksigen dikatakan normal apabila nilai saturasi oksigen (%SpO2) berada di angka 95% atau lebih. Sementara itu, seseorang dikatakan mengalami kekurangan oksigen atau hipoksemia jika nilai saturasi oksigennya turun hingga kurang dari 92%. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter. (2)


Dua hari pasca tes PCR, Ayah mengabari bahwa kami semua positif covid-19. Gercep, Ayah mengurus administrasi untuk isolasi saya dan anak-anak ke Wisma Atlet sementara saya packing barang-barang yang akan dibawa ke sana.


Saat azan asar, kami mendapat kabar agar segera ke Puskesmas karena ambulan sudah menanti untuk membawa kami menyusul Ayah ke Wisma Atlet. Liburan pun dimulai ….


Pengalaman Isolasi di Wisma Atlet Kemayoran dapat dibaca di sini.


cara daftar wisma atlet
dalam perjalanan naik ambulans ke Wisma Atlet

 

Referensi:

(1) https://kawalcovid19.id/content/1183/rapid-test-atau-swab-test-apa-bedanya-mana-yang-lebih-baik

(2) https://www.alodokter.com/pentingnya-oximeter-bagi-pasien-isolasi-mandiri-covid-19

36 comments on "Pengalaman Sekeluarga Positif Covid-19"
  1. Akhir tahun 2020 lalu, keluargaku dilanda badai covid-19. Awal Desember 2020, Ayahku sakit dan gejalanya seperti covid. Aku memutuskan agar anak dan istriku sepenuhnya tidak singgah ke rumah orang tuaku sampai ada kejelasan penyakit ayah. Hingga akhirnya kami memberanikan diri untuk melakukan SWAB PCR test untuk ayah. Hasilnya positif. Aku dan ibu diwajibkan melakukan PCR SWAB test karena kami serumah dan kontak erat dengan ayah. Hasilnya aku negatif, ibuku positif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih telah berbagi pengalaman, Kak. Kadang itu takut mau tes swab padahal dengan tahu penyakitnya maka lebih cepat ditangani dengan tepat dan enggak menular kemana-mana.
      Semoga sekarang keluarga sudah sehat ya.

      Delete
  2. Aku ikut deg-degan bacanya..Sampai ke Wisma Atlet juga ternyata, kupikir semua isoman di rumah.
    Semoga kini sudah sehat semua ya Mbak helena. Kebayang saat dua bocil di swab...Alhamdulillah segera tertangani ya.
    terima kasih sudah membagikan pengalamannya
    Semangat!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuuu bikin puyeng deh bagian swab anak-anak. Selain itu alhamdulillah sakitnya bentar aja

      Delete
  3. Sehat sehaaatt sehaaaattt kita semua yaaa
    memang pandemi ini bikin panik dan nggak nyaman.
    semoga segera kelar dah si coronces ini.
    Dan semogaaa semuanya sehat paripurna

    ReplyDelete
  4. Hiks..Liburannya di Wisma Atlet..
    Memang rada parno dengan anosmia ini ya Mak, aku pun suka grecep kalo sudah mulai kurang nyaman badannya, cepet diajak istirahat. Pengalaman sekeluarga yang tentunya bakalan terkenang apalagi sama krucil, kasian Uno yang masih kecil di PCR, hhuuuu. Semoga kembali sehat2 semuanyaa.

    Alhamdulillah, jangan sampai mengalaminya. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan selalu dalam perlindunganNya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Uno baru masuk ruang swab Aja udah nangis. Kek dia kerasa something bad will happen.

      Delete
  5. mba.. pengalaman yang sungguh luar biasa dan pastinya kita berharap tidak akan berulang ya. Sehat - sehat selalu mba... dan semoga kita bisa terhindar dari COVID-19

    ReplyDelete
  6. Unforgetable moment. Duh ini aku juga lg tepar. Ketularan flu dari paksu, apalagi yg sering keluar rumah tuh dia. Jadi kl udah sakit begini jd pada deg²an.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi parnoan ga sih? Semoga flu biasa aja yah. Istirahat deh begitu ada gejala.

      Delete
  7. Semoga kini sudah sehat semua ya mbak. Memang, kalau dirasa di rumah sudah tidak memungkinkan lagi untuk isolasi, pilihannya ke tempat yang direkomendasikan puskemas. Kedua adik ipar saya juga positif covid-19, tapi masih bisa isolasi mandiri di rumah masing2. Alhamdulillah keluarganya masing2 ga ikut positif. Semoga setelah ini ga ada yang sakit lagi. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di tempatku emang kurang kondusif isolasi di rumah. Mepet tetangga, jadi ga enakan juga. Alhamdulillah bisa ke Wisma Atlet.

      Delete
  8. Kirain pak suami aja yang ke wisma atlet, ternyata akhirnya semuanya "piknik" ke sana.
    Sebuah pengalaman yang nggak bakal terlupakan ya mbak.
    Semoha sehat selalu buat mbak sekeluarga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya jadinya kami nyusul 2 hari kemudian, mbak.

      Delete
  9. Syukur ya mbak Helena sekarang sudah negatif virusnya semua. pengalaman yang berbeda pastinya ya mbak.
    SID hebat loh walau nangis tapi berani di Swab

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa walau nangis heboh alhamdulillah pokoknya udah selesai dengan swab itulah

      Delete
  10. sekarang keadaannya gimana mbak? emang ga enak banget covid itu. apalagi anak-anak, pasti ga nyaman banget waktu diswab.
    aku pernah kena juga, yg paling bikin ga nyaman itu waktu anosmia, mana lama, hampir 2 mingguan. hidup berasa hampa ga bisa menghidu dan mengecap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh mbak anosmia sampe 2 mingguan yah. Aku seminggu aja, cuma hidung yang ga nyaman kayak ada debu. Alhamdulillah lidah tetep enak dipakai makan

      Delete
  11. Saya ikut merasakan sedih ketika membaca SID dan adiknya di-SWAB. Perasaan ibu tuh sama, ya. Kalau anak sakit tuh sedih banget. Bahkan untuk anak-anak saya yang udah pada gede gini juga tetap aja saya baper.

    Alhamdulillah sekarang udah pada sehat. Semoga sesudah ini terus sehat. Aamiin Allahumma aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa tetep lah ga tega lihat anak sakit :( di-swab itu kan ga nyaman.
      Alhamdulillah sekarang udah sehat, ga perlu berhadapan dg ruangan swab lagi

      Delete
  12. Semoga badai Cocid ini cepat berlalu ya mbak, karena memang ini tuh jadi bikin parno. Apalagi untuk aku yang kadang sesekali ada kerjaan di luar rumah. Jadi emang gak boleh abai juga nih dengan protokol kesehatan.

    ReplyDelete
  13. Pengalaman yang mencekam sekaligus berhikmah, Mak. kasihan ya anak2 sakit. Tapi ada juga hikmahnya saat semuanya sakit. Semoga setelah ini, semuanya sehat ya, Mbak.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah sudah sembuh dan punya tetangga pada baik-baik ya, Mak. Aku pernah swab tapi cuma satu idung aja. Lumayan sakit, tepatnya ga nyaman. Ini apalagi ya, dua lubang idung plus tenggorokan. Huhuhu jangankan anak-anak, yang dewasa aja banyak yang berurai air mata sesudahnya. Semoga sehat selalu, Mak dan pandemi ini buruan kelar

    ReplyDelete
  15. Ikut deg-degan baca pengalaman sekeluarga Mbak Helena positif covid ini. Sejak pandemi, kalau dijalan (berangkat kerja) bersimpangan dengan ambulance dengan suara sirine, saya kebawa deg-degan juga, kepikiran kalau ambulance yang sedang melintas membawa orang yang positif covid.

    Btw, Alhamdulillah saat ini sudah negatif covid semua ya Mbak. Semoga sehat selalu seterusnya aamiin

    ReplyDelete
  16. Semoga mulai saat ini selalu dalam keadaaan sehat ya mak. Alhamdulillah saya dan anak-anak sampai hari ini belum terpapar dan semoga saja tidak terjadi. Beberapa minggu lalu sempet juga kita sakit, tak kirain juga covid dan Alhamdulillah ternyata bukan hanya flu biasa. Semoga sehat selalu ya mak dan keluarga

    ReplyDelete
  17. Kemarin sempat makdeg rasanya waktu lihat storynya kak Helen.
    Karena selama ini masih aktif menulis dan sosial media. Alhamdulillah, kak Helen dan keluarga sudah sehat kembali.

    Semoga Allah lindungi kak Helen dan keluarga selalu.
    Ini karena mama selalu sabar, jadi riweuh sama anak-anak tetap berasa nikmat.

    MashaAllah~

    ReplyDelete
  18. ya Allah mbak, baru tahu aku klo mbak Helen sekeluarga habis sembuh dari covid
    Alhamdulillah ya mbak, semua bisa terlewati dengan baik.
    Semoga selalu sehat sekeluarga ya mbak

    ReplyDelete
  19. Semoga tidak mengalami kembali ya mba. Semoga sehat selalu. Kasian Uno pasti rasanya ga nyaman ya hiks.. Kok sedih gini jadinya.. Big hug

    ReplyDelete
  20. Ya Allah untungnya gak sangat panik Dan bisa diatasi ya mba.. duuhh sama bangt Aku dirumah mertua Ada 5 orang yg terkena covid

    Dan posisinya Ada anak2 ku disana🤦 sedikit khawatir tapi alhamdulillah bisa dilalui dgn isoman

    Semoga selalu sehat2 ya mba....bighugs🤗

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ya semua sudah terlewati. Sekarang udah pada sehat kembali. Semangaaat. Sehat-sehat selalu ya kita semua. Pandemi masih membayangi kita semua. Selalu taat prokes 5M :)

    ReplyDelete
  22. SEhat sehat selalu mak
    kebayang sekeluarga kemaren dirimu :"(
    pelukkkkk
    semoga selalu negartif ya mak stay safe <3

    ReplyDelete
  23. Ya Allah..sekeluarga..
    Benar-benar pengalaman yang gak terlupakan pastinya ya mbak. Harapannya yaa, ya udah sih sekali itu aja. Gak ada lah orang yang mau dapat penyakit lebih dari sekali. Sehat-sehat yaa semua. Semangat!

    ReplyDelete
  24. Ya ampun ga kebayang kamu sakit, masih ngurusin uno sama sid.. huhuhu. Kamu kuat sekali ibu sid.. alhamdulillah dah berlalu semuanya yaa.. huhuhu

    ReplyDelete
  25. Masyaallah mbak alhamdulillah sudah terlewati ya. Aku ga kebayang karena ada anak2 yang juga ikutan kena. Alhamdulillah gejala ga pe berat ya mba.

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,