Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Mencintai Pekerjaan Rumah Tangga: My House is My Playground

Thursday, June 18, 2020

Pekerjaan rumah tangga enggak akan ada habisnya selama masih hidup, iyes? Menyapu, mengepel, memasak, mencuci, menyuapi anak, berbenah, belanja, menyiram tanaman, endebrei … endebrei … bisa panjang daftarnya. Eh, ngomongin tentang daftar, saya punya tips untuk mencintai pekerjaan rumah tangga, salah satunya dengan membuat daftar seperti ini, nih.

bahagia mengerjakan tugas rumah tangga


Mengerjakan Tugas Rumah Karena Saya Ingin Bahagia

Maunya hidup itu menjalani aktivitas yang membuat bahagia. Akan tetapi, ada hal-hal yang perlu dilakukan supaya bebas melakukan kegiatan yang bikin happy. Contohnya nih, saya merasa bahagia ketika menulis. Namun, saya enggak bisa terus menerus menulis. Ada tanggung jawab tugas domestik yang menanti. Supaya dapat menulis dengan tenang, saya perlu mengerjakan tugas tersebut.
 
Pekerjaan domestik atau tugas rumah tangga itu bagai love and hate relationship, deh. Kadang suka, kadang nyebelin. Tapi kenyataannya tugas itu memang terus ada setiap hari. Karena butuh makan, ya akan ada proses belanja, memasak, dan mencuci piring. Karena menjaga kebersihan, ya butuh mencuci baju, menyapu, dan seterusnya.

Saya menyadari pentingnya mengerjakan tugas rumah tangga karena berpengaruh ke aktivitas lain yang membuat saya bahagia. Apa yang membuatmu bahagia?

Tugas Rumah Tangga, Kerjakan Sendiri atau Delegasi?

Pekerjaan rumah tangga itu bisa didelegasikan ke pihak lain. Dengan delegasi pekerjaan, kita mendapat sesuatu sekaligus perlu berkorban sesuatu. Misalnya, saya tidak sempat cuci baju maka menggunakan jasa laundry untuk mencuci baju kotor. Tugas mencuci baju sudah saya delegasikan ke laundry sehingga saya punya waktu untuk kegiatan lain. Sebagai gantinya, saya membayar sekian rupiah untuk jasa tersebut. Begitu pula bila memakai jasa ART.

Kalau punya dana cukup, proses delegasi akan lebih mudah. Namun, enggak semua orang bisa mendelegasikan tugas domestik. Kalau dananya tidak ada, atau memilih melakukan tugas sendiri, ya mau tidak mau harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga tersebut.
“Dengan delegasi pekerjaan, kita mendapat sesuatu sekaligus perlu berkorban sesuatu.”

Pekerjaan Rumah Tangga: My House is My Playground

Pekerjaan domestik sebelumnya tidak menjadi prioritas utama saya. Kerjakan seadanya aja lah, tidak perlu rapi banget. Mengepel saja kadang terlupa. Ini karena saya kurang menyukai pekerjaan rumah tangga.

Ada sih beberapa tugas yang saya suka seperti mencuci baju dan mencuci piring. Tapi kalau urusan menyetrika dan memasak, silakan yang lain saja. Hehehe ….

Namun, dalam virtual class Bunda Cekatan yang diselenggarakan Institut Ibu Profesional, saya memilih untuk fokus membenahi dan belajar mencintai pekerjaan rumah tangga. Bila pekerjaan rumah tangga tidak beres, hal ini akan menghambat saya melakukan hal-hal yang saya sukai.

Selama hampir 6 bulan kelas Bunda Cekatan, saat ini masih berlangsung level terakhir, saya mencoba melakukan ini dan itu, belajar banyak hal, mencari support system hingga akhirnya mulai muncul benih-benih rasa cinta akan tugas domestik. *hahaha … sampai segitunya ya.

Di kelas Bunda Cekatan, saya menemukan ternyata banyak lho yang kurang suka mengerjakan tugas rumah tangga. Ada yang suka memasak tetapi tidak suka menyiapkan bahan masakan. Ada yang terampil berbenah namun kurang suka mencuci. I’m not alone. Dari sini, saya makin semangat untuk belajar menjalankan tugas rumah tangga. *meski udah 6 tahun berumah tangga.

SID ketika "bekerja" di Kidzania


Berbagai cara yang saya lakukan untuk mencintai pekerjaan rumah tangga, antara lain:

1. My House is My Playground

Project mencintai tugas domestik saya beri nama “My House is My Playground”. Hal ini terinspirasi dari SID yang excited tiap main di Kidzania Jakarta. Di playground tematik tersebut, anak-anak diajak role play mencoba berbagai pekerjaan dengan sungguh-sungguh. SID tampak serius, percaya diri, dan bersemangat melakukan pekerjaan selayaknya orang dewasa bekerja.

Pengalaman di Kidzania tersebut membuat saya berpikir kenapa enggak mengubah sudut pandang? Melakukan pekerjaan rumah itu seperti bereksperimen di Kidzania, suasananya menyenangkan!

Bonusnya, ketika saya mengerjakan dengan hati gembira, SID melihatnya sebagai sesuatu yang menarik. Ia pun dengan sukarela membantu. Kadang ia mengepel, mencuci piring, atau tertarik memasak.

2. Membuat daftar tugas rumah tangga

Hari ini mau ngapain aja? Kayaknya udah mengerjakan banyak hal tapi kok rumah belum rapi juga? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini saya atasi dengan membuat daftar tugas rumah tangga. Daftar ini saya susun menjadi checklist harian, dwi-harian, mingguan, dwi-mingguan, juga bulanan. Setiap selesai mengerjakan tugas, cukup beri tanda centang.

Dengan panduan tugas ini, pekerjaan rumah tangga menjadi lebih terpantau. Kalau baju kotor numpuk, bisa terlihat di checklist kapan terakhir mengirim cucian ke laundry. Jika dalam sehari banyak tanda centang, bahagia bisa menjalankan tugas. Ini sebagai cara menghargai usaha sendiri.

Supaya makin semangat, checklist ini saya beri judul Hotel Icon 16 (nama tempat tinggal kami). Ya, serasa tinggal di hotel dan mengerjakan jadwal perawatan hotel. Hehehe.

Checklist tugas harian 
Buat pembaca blog Helenamantra, bisa pakai checklist ini juga dengan penyesuaian kondisi masing-masing. Sila dipakai untuk pribadi dengan mengunduh daftar tugas rumah tangga disini.

3. Berbagi tugas dengan anggota keluarga

Daftar tugas di poin kedua yang segambreng tidak saya lakukan sendiri. Saya berbagi tugas mengerjakan pekerjaan domestik dengan suami. SID membantu sesuai usia dan kemampuannya.

Dengan membagi tugas, menjalankan pekerjaan akan terasa lebih ringan. Kalaupun ada yang tidak bisa mengerjakan tugasnya hari itu ya cukup saling back-up.


4. Food preparation

Salah satu tugas yang cukup menyita waktu, terutama di pagi hari dimana kerempongan bersatu, adalah memasak. Kadang yang membuat lama itu bukan proses memasaknya tetapi proses menyiapkan bahan masakan. Contohnya memasak sop. Sebelum memasak, perlu mengupas dan memotong sayuran, mengupas bawang, mengulek bumbu, dan seterusnya.

Dengan melakukan food preparation, setengah pekerjaan memasak sudah dilakukan. Saat hendak memasak sop, tinggal cemplungkan bumbu dan sayuran saja.

Food preparation yang kami lakukan yaitu setelah belanja, bahan-bahan masakan dipotong/dikupas kemudian disimpan di wadah masing-masing. Barulah disusun di dalam kulkas.

Saya masih belajar untuk konsisten melakukannya. Kadang mager eh jadinya lama menyiapkan bahan-bahan sebelum memasak.

Mengubah cara pandang pekerjaan rumah tangga bagai eksperimen

5. Mengelola ekspektasi

Memiliki dua anak usia dini yang aktif dan eksploratif, jangan harap rumah bisa rapi dan resik bak rumah contoh. Saya menyadari betul hal itu maka saya atur ekspektasi level kebersihan rumah enggak tinggi-tinggi amat.

Bisa menyapu dan mengepel tiap hari aja sudah bagus. Bila ada mainan di sana-sini artinya anak-anak senang bermain di rumah. Terkadang bisa mencuci tetapi tidak sempat melipat jemuran sampai menumpuk dibuat hujan pakaian. Sudah membuat daftar menu makanan tapi enggak sempat masak karena bayi memanggil, ya beli.  Dinikmati saja, hehehe.


Berbagai cara di atas yang saya lakukan selama tiga bulan terakhir ini membuat saya mulai berdamai dengan urusan rumah tangga. Tantangannya pada konsistensi menjalani rutinitas tersebut. So, ingat kembali motivasi awal pentingnya mengerjakan tugas supaya bahagia menjalani aktivitas yang disukai.

Apa nih tugas domestik yang kamu sukai? Bagaimana caramu mencintai pekerjaan rumah tangga?

47 comments on "Mencintai Pekerjaan Rumah Tangga: My House is My Playground"
  1. Mamacihh aku donlot ceklisnya hahahaha asikkk

    ReplyDelete
  2. Baca ini sambil senyum senyum sendiri. Rumahku bukan rumah contoh, bagus ini bust judul artikel wkwkwkw.. sebenarnya saya suka banget ngerjain pekerjaan rumah, saya seneng beres beres tapi emang lebih seneng di depan laptop sih hahah.. memang bener kita gak bisa terus terusan nulis atau terus terusan beres beres. Dinikmatin aja.. saya izin download ceklistnya ya.. pengen koreksi diri juga nih. Ngerasa tumpukan setrikaan gak pernah abis. Lah iya.. soalnya gak pernah nyetrika wkwkkwkw.. malah curhat kan ya kann..

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi novel itu mbak judulnya Rumahku Bukan Rumah Contoh, hahaha

      Iya mbak, semoga bermanfaat yaaa

      Delete
  3. Lama-kelamaan, saya lebih suka mengerjakan urusan rumah tangga sendiri. Kalaupun mau dibantu, sama suami dan anak-anak aja. Pernah beberapa kali punya ART malah lebih banyak dramanya hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku ngikutin drama ART-mu, mbak
      memang sih delegasi itu perlu belajar seni mendelegasikannya, lho
      kalau gak, yaa bisa aja ga beres.

      Delete
  4. Wah ternyata kita satu kelas di Buncek🤭 salam kenal mbk...
    Btw aku pendukung tanpa delegasi. Entah jika umur panjang, semakin menua dan anak2 ga tinggal satu rumah lg dengan aku. Yg jelas saat tidak ada yg membantu,saat itulah anak2 aku ikut sertakan dlm bagian domestik RT. Melatih life skill secara natural hingga keseruan saat kerja bakti bareng...hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh iya ya mbak Lya
      Mbak tentang apa nih mindmapnya?
      Betuuul anak-anak perlu belajar tugas RT sesuai usianya. Kalaupun kelak ada ART, tugasnya bantu aja. Anak tetap ngerjakan tugas.

      Delete
  5. aku sampai anak bungsuku umur 4 tahun ada ART selebihnya gak ada ART, padahal aku ibu bekerja. alhamdulilah anak2 akhirnya bisa mandiri saat sdh masuk sd dua anak aku bisa pulang sendiri naik angkot, pulang ke rumah. di rumah makan siang sdh ada. jam 2 aku sudah pulang ke rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yay, hebat mbak anak-anak mandiri yaa
      Ini tergantung tinggal di mana. Kalau Jakarta, mau pulang saat makan siang atau tenggo kadang enggak bisa. Macetttt

      Delete
  6. Sid pinter banget
    Metode yg kamu terapkan keren pol, sist!
    InsyaALLAH bisa menginspirasi banyak orang

    ReplyDelete
  7. waduh rajinnya adek bantuin mama :) aku jadi kangen ngajak anak ke kidzania mbak huhuuu semoga kapan2 bisa kesana lagi ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh udah buka belum yaa Kidzania. Anakku juga minta ke sana.

      Delete
  8. Ih, bagus juga idenya bikin daftar pekerjaan! Saya nih termasuk pemalas kalau mengerjakan pekerjaan rumah. Malas masak, malas nyuci baju. Tapi saya suka bersih-bersih. Kalau sudah bersih2 bisa lupa waktu! Cuman ya itu ngerjakannya gak tiap hari, haha..

    Setrika juga suka, tapi kadang-kadang. Wah, olahraga juga masuk ceklis ya Mbak? Kereeennn

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iyaa mbak. Kadang suka satu hal, kurang suka yang lain. Kalau bisa sih yang kurang suka itu didelegasikan supaya emak-emak ini tetap happy.

      Delete
  9. Betul juga ya mba, ngerjain pekerjaan rumah tangga itu effort makanya harus dinikmatin ya mba, dimulai dgn mindset plus sambil melibatkan seluruh anggota keluarga ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes, ubah mindset jadi positif itu ngefek banget loh mbak.

      Delete
  10. Keren nih pakai bikin list dan main ceck list aku kalau bikin beginian cuman bertahan sebulanan palingan selebihnya dilupakan deh hehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah aku pun biasanya gitu mbak. Alhamdulillah ceklis ini udah ku jalanin selama 3 bulan. Ga selalu full dicentang tapi terus berusaha membangun kebiasaan baik.

      Delete
  11. aku lagi coba foodprep lagi mba, dulu waktu masih kerja selalu stock bahan makanan buat masak, pas di rumah udah stop. sekarang mulai lagi karena mengurangi aktifitas ke luar rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mumpung kebanyakan di rumah yaa. Semangat food prep!

      Delete
  12. SID mantu idamaaan...
    Hahhaa...Zaman sekarang jarang banget yang anak laki-lakinya diajakin ke dapur.
    Padahal memang kalau pekerjaan rumah tangga dilakukan bersama, pekerjaan akan lebih cepat selesai.
    Dan bisa menambah bonding komunikasi kepada anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin ... hihi... ini buat bekal hidupnya dia supaya lebih mandiri.

      Delete
  13. Sejak kecil udah terbiasa sih bantuin mama mengerjakan pekerjaan rumah tangga ya, sekarang dibawa asyik aja, kadang capek sih karena tiap hari mengerjakan pekerjaan berulang yang tidak lpernah habis, kalau bosan dan capek khan tinggal rebahan dulu aja

    ReplyDelete
  14. Aku sih pengennya semua pekerjaan rumah tangga, khususnya ngelipet dna nyetrika baju, nyapu dan ngepel tak delegasikan ke orang lain Mbak. Gak suka banget ama kerjaan tersebut. Apalah daya keuangan belum memungkinkan. Hahhaa.

    ReplyDelete
  15. nice sharing mbakkk. Aku juga sekarang ada 2 krucils selisih 2 tahunan, rumah abis dibersihin, berantakan lagi. Tarik napas dulu, wkwk. Sambil berdoa, ada saatnya bersih kayak rmh model 😁 aku setuju berbagi peran sama suami dan delegasi itu is a must. happy rempong ya mak,I feel u 🤗

    ReplyDelete
  16. As a matter of fact, I love doing household chores as well. But sometimes I don’t really have enough time to do it amidst my never ending works from the office

    ReplyDelete
  17. eh saya kira saya aja yang suka memasak tapi gak suka cuci piring dan suka mencuci tapi gak suka menjemur hehehe ternyata banyak juga ya seperti itu

    ReplyDelete
  18. Senang banget bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah bareng si kecil mbak. Saya juga sangat bahagia menjadi Ibu Rumah Tangga, walau terkadang kelelahan sendiri tapi semua jadi bahagia saat anak-anak bertumbuh dengan baik.

    ReplyDelete
  19. Super agree sama mengelola ekpektasi. Punya 2 anak ga mungkin rapi bersih all the time. Trs aku juga food prep sih buat mempersingkat jam kerja di dapur.

    ReplyDelete
  20. aku gak ada yang didelegasikan ke ART misal, karena emang gak ada ART. Alesannya karena gak cocok jadi nyonya nyonya yang nyuruh ini itu haha. Akhirnya ya melibatkan suami juga sih. Tapiii aku gak pernah cuci baju cuma cuci piring bisa 1.700x dalam sehari wkwk, apalagi masa dirumah aja. Ah makasih ceklistnya, jadi terkontrol ya, udah melakukan ini apa belom. Btw, Kak SID pinternya bantu-bantu beberes rumah. Kalo Luigi bantu berantakin rumah wkwk :p

    ReplyDelete
  21. Kakak Sid baik sekali, wah udah diajakin sedari kecil membantu pekerjaan rumah tangga.

    Ya Allah jadi inget, setrikaan menggunung, rumah nggak pernah beres rasanya, duh 🤣

    ReplyDelete
  22. Nyapu, ngepel, masak, cuci piring, cuci baju, ya ampun emang ga ada habisnya. Sehari kadang bisa 4x cuci piring karena paling ga bisaan liat tumpukan cucian :( atau rumah kotor. Semua kayak musti tertata rapi dan bersih. lelah kadang tapi semoga menjadi Lillah :D

    ReplyDelete
  23. Nice sharing mbak, aku baru berumah tangga jadi masih kadang selalu mengeluh kalau ngerjain pekerjaan rumah, biasanya aku lebih sering didepan komputer bejam jam, tapi gimana lagi ternyata memang harus ngerjain pekerjaan rumah lainnya, di tambah sekarang punya bayi malah rempong dan keteteran, pengen deh nerapin bikin checklist biar gak aku gak bingung mau ngerjain yang mana duluan. Thanks mbak sharingnya

    ReplyDelete
  24. Dulu waktu habis resign dari kerjaan.sungguh aku stress mba, karena menganggap kerjaan RT itu beban dan ga ada habisnya. Tapi bener sekarang aku sama mba, mencintai pekerjaan rumah tangga ini dan malah ketika ditawari kerja kantoran lagi , aku menolak hehehhe

    ReplyDelete
  25. Masya Allah rajinnya mbaak :) memang yaa kalo mau tdk menjadi beban, pekerjaan itu harus kita cintai jd ngerjainnya jg ikhlas dan justru bikin happy :)

    ReplyDelete
  26. Aku sebetulnya suka nyeterika, puas aja gitu rasanya bisa meluruskan yang kusut hehehe. Tapi kalau udah gitu kerasa waktu yang kepakai tuh kok banyak yaa...jadinya tetep aja ujungnya didelegasikan.

    ReplyDelete
  27. Emang intinya ngerjainnya harus happy ya mba. Heheh. Btw, Oke banget buat dicoba nih pake list ceklis biar gak ke-skip apa aja yang mau dikerjain.

    ReplyDelete
  28. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga krn kita cinta dgn keluarga, uhuuy. Tp kl pekerjaan rumah tangga sdh membuat kita "stress, suntuk, lelah" solusiku istirahat dulu, me time dulu, baru nanti dikerjain lg 😁

    ReplyDelete
  29. Selalu suka mba helen ngajarin SID, mudah diterima dan menyenangkan
    pengen buruan punya anak, tapi jadi ibu juga bukan hal yang gampang ya mba
    sama-sama harus belajar dari keduanya. Semangat. SID udah gede banget.

    ReplyDelete
  30. Ah I am representated by this post! Setuju banget. Di antara tips d atas bagian mencatat aku baru mencobanya tapi kutulis tangan. Pengen bikin semacam tracing journal.

    ReplyDelete
  31. Pekerjaan rumah tangga emang seru kalo dikerjain bareng-bareng. Aku juga suka banget ngerjain pekerjaan rumah tangga meskipun emang agak melelahkan.

    ReplyDelete
  32. Rajin sekali mbak, aku yang pengen tuh mencoba food preparation tapi selalu gagal. Hahaha...sekali semangat ke pasar beli bahan eh malas yg mau preparation...

    ReplyDelete
  33. Food preparation bener bgt tuh jadi lebih cepet kalo mau masak tapi aku masih jarang lakuin wkwk ujung2nya lama dan ribet pas masak

    ReplyDelete
  34. Kalau saya selama pandemi Covid-19 ini adalah, habis tahajud cuci piring dan peralatan dapur. Habis shalat subuh merendam kain yang kadang dibantu Rizqy atau ibunya. Jam 11 mulai nyuci karena kami nyuci cara manual karena mesin cuci nggak ada, habis nyuci baru mandi dan shalat dzuhur, setelah itu baru ngerjain tugas di laptop, karena pekerjaan lainnya sudah ditangani istri saya dan juga Rizqy, si bontot yang masih tinggal bersama kami dan baru naik kelas 2 SMP.

    ReplyDelete
  35. https://www.lisnadwi.com/2018/03/puas-bermain-seharian-di-fanpekka.html?showComment=1598293834209#c1267936472427012758

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,