Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Ibu Nggak Boleh Capek

Thursday, August 6, 2020

Ibu Nggak Boleh Capek

Entah apa yang ada di pikiran kedua anak ini. Mata mereka lekat memandang ibu yang terisak-isak. Tangis ibu pecah, lebih kencang dibanding biasanya. Ibu yang selama ini nampak tenang menemani mereka ketika ayah sedang bekerja seketika tantrum. “Ini kenapa, ya?” tanya si sulung.

ibu nggak boleh sakit
Superhero harus siap lawan kejahatan


Cari Tahu Penyebabnya

Tak ada yang berbeda dari hari biasa. Rumah berantakan hasil kreativitas anak-anak. Selimut di kamar tidur berubah menjadi tenda. Buku-buku berserakan di lantai setelah dibaca. Air minum tumpah karena gelas dibiarkan saja di lantai. Semua itu wajar ketika ada anak usia dini di rumah.

Justru yang tidak wajar adalah reaksi ibu yang berlebihan, sungguh lebih dari hari-hari kemarin. Tangisan ibu begitu kencang dan lama. “Ih, memalukan. Ibu macam apa yang menangis layaknya anak kecil di depan anak kecil?” mungkin itu cemooh yang akan dilemparkan orang lain yang hanya melihat sekotak adegan tersebut.

Entah sudah berapa menit berlalu hingga tangis ibu mereda. Ia merengkuh kedua buah hatinya yang sedari tadi melongo menyaksikan luapan emosinya sambil berkata, “Ibu capek, Nak.”

Capek. Sebuah kata yang tabu diucapkan oleh seorang ibu. Mengurus anak, mengelola rumah tangga itu memang capek. Jangan bilang begitu seperti tidak bersyukur saja!

Deg! Apakah demikian? Tak bolehkah ibu mengutarakan perasaannya? Ketika ibu berkata capek bukan lantas ibu meninggalkan kewajiban selamanya. Bukan pula ibu menyesal mengambil tanggung jawab peran ini. Bukan. Ibu hanya ingin rehat sejenak, menenangkan diri.

Ah iya, rehat. Ibu butuh rehat karena hari ini jadwal ibu cukup padat. Dari siang hingga malam ibu mengasuh anak sambil bekerja. Ada satu pekerjaan yang membuat ibu harus multitasking bahkan melewatkan waktu tidur siang.

Sungguh krusial efek tidak tidur siang bagi ibu. Rasa lelah tersebut berubah menjadi amarah, pada diri sendiri dan keluarga. Ibu tantrum. Terdengar lucu tapi nyata terjadi.

 

Obrolan dengan Suami

Ayah pulang kerja dalam keadaan lelah, fisik maupun emosi. Namun, karena membaca rentetan chat ibu, ia menjadi lebih siap mental menghadapi kondisi rumah.

Tak ada teriakan maupun tangisan yang menambah riuh hari itu. Semuanya kembali tenang seperti sedia kala. Akan tetapi, ibu perlu membicarakan hal ini dengan ayah agar tantrum tidak terulang.

Syukurlah ayah memahami dan setuju bahwa stigma ibu nggak boleh capek itu salah. Ibu berhak memiliki waktu untuk dirinya sendiri karena mengasuh anak memang menantang. Bahasa kekiniannya, “Me-time”.

Entah ibu mau jalan-jalan sendiri, makan makanan kesukaan, menulis, atau apalah sesuai yang ibu mau. Biar anak-anak bersama ayah. Mungkin tak selihai ibu akan tetapi percayalah ayah punya “cara ayah” untuk menemani anak-anak.

ibu tidak boleh sakit
Menikmati waktu diri sendiri untuk recharge energi

Si bungsu selalu bangun ketika azan, termasuk azan subuh, padahal waktu pagi menjadi waktu yang tepat untuk ibu menikmati kesendirian sebelum disibukkan urusan domestik. Alhamdulillah ayah mengajak anak bayi itu jalan-jalan ke taman. Sedikit waktu sendiri yang sangat ibu syukuri untuk membangun mood sebelum menjalani aktivitas hari ini.

4 comments on "Ibu Nggak Boleh Capek"
  1. Akupun menganggab stigma itu salah mba. Ibu berhak capek dan berhak punya me time. Bersyukurlah istri yg mempunyai suami yg sangat support dan mau mengerti kalo istrinya capek dan dia ikut membantu meringankan. Walopun mungkin ga bisa kasih ART, setidaknya bantulah kerjaan istri sesekali.

    Suamiku termasuk yg mau menolong urusan rumah tangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah ya mbak kalau pasangan bisa memahami dan berbagi peran. Sedikit aja perhatian itu sudah melegakan ibu.

      Delete
  2. Aku juga ga setuju dengan stigma begitu mba. Istri boleh merasa capek dan berhak utk punya me time. Suami yg baik harusnya bisa mengerti soal itu, dan mau mensupport istrinya ketika capek. Ntah dengan memberi si istri wktu istirahat ato dia mengambil alih sedikit kerjaan istrinya. Walopun mungkin ga bisa memberi ART untuk emmbantu, tapi janganlah keberatan mengerjakan sedikit pekerjaan istri trutama pas dia capek.

    Suamiku termasuk yg ga keberatan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Setelah aku resign dr kantor pun tetep aja babysitter dan ART hrs ada, Krn dia tau aku ga terlalu terbiasa dengan kerjaan rumah. Aku bersyukur sih Krn itu, setidaknya aku masih bisa melakukan pekerjaan lain yg bisa aku kerjakan dr rumah jadinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sharingnya ya mbak Fanny.
      Senang deh baca ceritamu punya suami yang memahami dan mendukung.
      walau judulnya IRT bukan berarti seluruh pekerjaan rumah tangga dikerjakan istri semuanya, kan.

      Delete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,