Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Cerita Homeschooling SD: Belajar Menulis

Thursday, November 30, 2023
Salah satu tantangan menjalani homeschooling SD pada anak sulung kami yaitu belajar menulis. Di usia sekolah ini semakin banyak kegiatan menulis dengan pensil namun seringkali ia menolak. Aduduh... apa yang harus saya lakukan?




Anakku Tidak Suka Menulis


Ketika anakku berusia 4 tahun, ia mulai tertarik menulis terlebih dahulu kemudian membaca. Saat itu, ia belajar menulis di buku wipe & clean alphabet menggunakan spidol. Kemanapun ia pergi, buku tersebut ia bawa. Temannya mengajak bermain, ia memilih untuk menyelesaikan menulis di buku tersebut. Masya Allah.


Setelah itu, pada usia 4 tahun 4 bulan muncul keinginannya belajar membaca. Cerita lebih lengkapnya bisa dibaca di Cara Mudah Anak TK Belajar Membaca.


Dari balita hingga usia TK, ia cenderung menggunakan jarinya untuk mengerjakan worksheet. Ia kurang suka bila saya minta menggunakan pensil atau spidol.


Pernah suatu kali ia mendapat workbook tebal berisi 365 kegiatan seperti tracing, mencocokkan gambar, menulis, mewarnai, dan sebagainya. Ia hanya mau mengerjakan workbook tersebut dengan menggunakan jari untuk tracing atau mencocokkan gambar.


Yawes, pikir saya. Toh masih homeschooling usia dini. Mungkin nanti saat usia SD dia mau menulis.


Mengapa Anak Harus Belajar Menulis?


Ketika menjalani homeschooling SD, kami lebih banyak menggunakan media digital dalam pembelajaran seperti mengerjakan Setara Daring atau mengikuti kelas lewat Zoom. Berbeda dengan sekolah formal yang setiap harinya banyak aktivitas menulis, menyalin, mencatat penjelasan guru.


Maka, timbul pertanyaan apakah masih relevan belajar menulis dengan tangan? Kan sudah ada gawai. Sehari-hari kami sebagai orang tua juga lebih banyak mengetik, menggunakan gawai untuk berkomunikasi. Jarang banget menulis di buku. Trus, bagaimana anak mendapat teladan pentingnya menulis secara manual?


Kalau mengetik di laptop, ia sudah bisa mengetik satu artikel. Ia terbiasa menulis review buku, membuat presentasi, bahkan menceritakan pengalaman mengikuti KCI Fun Journey sepanjang 500 kata (nyicil 2 hari).


Saya tidak bisa asal menyuruh anak untuk menulis karena alasan disuruh Bu guru. Hahaha... Anak akan kembali bertanya mengapa ia harus belajar menulis. Ia perlu mengetahui nilai penting, manfaat yang ia dapatkan dari aktivitas menulis tersebut. Nah, ini yang menantang.


Saya pun bertanya ke mbah google mengenai manfaat menulis untuk anak, meminta masukan ke forum-forum parenting dan homeschooling yang rupanya sebagian orang tua mengalami hal serupa. Anak SD kelas atas yang menjalani homeschooling pun ada yang masih asal-asalan menulis, kurang rapi. Pokoknya orang tua harus putar otak mengajarkan menulis pada anak.


Dari sini, beberapa kali saya sounding ke anak pentingnya ia belajar menulis secara manual antara lain:

  • Ide-idenya tidak hanya berputar di kepala tetapi dapat tertuang dalam tulisan.
  • Ide atau ceritanya dapat dibaca dan dimengerti orang lain.
  • Bisa menulis pesanan di restoran, mengisi formulir, dsb.
  • Bisa menulis surat untuk idolanya (pemain sepak bola).


Oh ya, tidak mau menulis di sini kondisinya anak saya sebenarnya bisa tetapi jarang menulis. Bukan karena koordinasi tangan dan mata yang lemah, otot-otot tubuhnya belum kuat, kurang seimbang, disleksia, atau alasan fisik lainnya. Alhamdulillah ia bisa menulis tetapi kurang suka aja.


Berbagai Jurus Mengajak Anak Belajar Menulis



Setelah menyampaikan nilai penting mengapa ia perlu belajar menulis, apakah anak langsung cus markicus mau diajak menulis? Hoho ... that's too good to be true!

Berbagai cara dilakukan selama sekitar 1,5 tahun ini untuk mengajaknya menulis, antara lain:

  • Sensory play
Guna memberi stimulasi pada indera perabanya, saya ajak ia sensory play dengan bermain air, playdough, beras warna-warni. Sensory play ini tak hanya untuk anak usia dini. Anak SD juga suka, lho! Ada efek menenangkan ketika bermain sensory seperti ini.
  • Memasak
Kebetulan anakku suka kegiatan memasak. Ia belajar mengupas bawang dan kulit telur menggunakan jemarinya. Hal ini ternyata melatih keterampilan pra-menulis.

Selain itu, ia juga memotong dengan pisau, mengaduk, menguleni, dan memasak makanan hingga jadi. Lumayan, lah, sekali memasak bisa stimulasi plus hasilnya buat camilan.



  • Memasukkan kegiatan menulis dalam checklist harian
Setiap hari masing-masing dari kami memiliki checklist atau daftar to-do list. Saya masukkan belajar menulis atau menyalin ke dalam to-do list anak supaya ia tahu kegiatan hari itu. 
  • Menggunakan spin wheel
Saya menyusun aneka kegiatan seperti memasak, menulis, membaca nyaring, dan sebagainya kemudian memasukkannya ke dalam situs spin wheel. Anak memutar wheel untuk menentukan kegiatan apa yang ia lakukan hari itu. 

Cara ini alhamdulillah berhasil mengajaknya mau menulis. Kebetulan ia sedang suka memakai spin wheel untuk memilih apapun. 
Awalnya saya cetak sebagian halaman dari buku Kurikulum Merdeka untuk ia kerjakan. Namun, ia kurang tertarik dan merasa terlalu banyak. 

Baiklah, saya cari worksheet dari sumber lain yang topiknya kesukaannya yaitu tema world cup dan sepak bola. Itupun saya berikan secara bertahap, sehari mengerjakan dua soal saja. Kalau ia tertarik bisa lanjut ke soal berikutnya.
  • Mengerjakan lapbook tematik
Selain worksheet, ia juga mengerjakan lapbook tema tertentu yang relevan saat itu. Salah satunya yaitu lapbook tema Sumpah Pemuda pada bulan Oktober lalu. 

Kebetulan kami mengunjungi Museum Sumpah Pemuda dan kegiatan pramuka yang ia ikuti membahas bunyi Sumpah Pemuda. Alhamdulillah ia menamatkan lapbook tersebut, tentunya memilih bagian yang mau ia kerjakan seperti menempel nama pergerakan pemuda dan mengenal tokoh-tokoh yang terlibat.
  • Menulis daftar belanja
Sebelum kelas memasak, kami biasa berbelanja. Ia bertugas menulis barang-barang apa saja yang perlu dibeli.
  • Menulis nama di worksheet
Setiap kali mengerjakan worksheet, saya minta ia menuliskan nama dan tanggal pengerjaan. Kadang mau, kadang tidak. Hihi....
  • Menyalin 3 kata
Bulan November ini saya coba merutinkan kegiatan menyalin. Sebenarnya saya ingin memberi materi menyalin ayat Alquran namun sepertinya terlalu panjang. Maka tahap awal ini menyalin 3 kata berupa asmaul husna dalam bahasa Indonesia.
  • Menyalin kalimat yang relevan dengan hobinya
Sementara ini asmaul husna ditunda dulu. Sabar ya, Buk!

Ceritanya, kami ke playground yang ada bagian art. Di sana pengunjung dapat melukis di kanvas.

Masih di ruangan yang sama terdapat semacam pohon harapan dimana pengunjung dapat menuliskan harapan dan pesan untuk orang lain. Anakku tertarik menulis di sana. Ia mengambil kertas dan pulpen, menulis cukup lama, kemudian menggantungkan kertasnya pada pohon-pohonan tersebut. Surprisingly, ia menulis sampai 2x.

Saya pun membaca apa isi kertasnya. Ooh ... tentang sepak bola. Tetap yah, masih konsisten mengenai hobinya tersebut.

Sepulang dari sana, kegiatan menyalin asmaul husna berganti dengan menyalin fakta seputar dunia sepak bola. Alhamdulillah kini ia mau menyalin kalimat yang lebih panjang (7 kata lebih). Kegiatan menyalin 2x seminggu, satu kalimat saja per harinya. Insya Allah nanti naik bertahap, ya, Nak!


Menikmati Proses



Bagi saya yang suka menulis dan sudah terbiasa menulis semasa sekolah, menulis itu kegiatan gampil surampil yang gitu aja. Namun, buat anakku belajar menulis butuh proses dan mengetahui WHY... mengapa ia harus menulis.

Saya, mau tidak mau, menikmati proses mengajarkan menulis pada anak. Buat anak tangga pembelajaran yang pas sesuai kapasitas anak, tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Tahunya dari mana? Ya mencoba.

Ketika jarak antar anak tangga pembelajaran terlalu tinggi, buat anak tangga yang lebih rendah. Maju setahap demi setahap.

Selain itu, saya juga menulis jurnal, resep masakan, checklist harian di depan anak. Haha ... biar kelihatan ibunya menulis manual juga.

Saat ini targetnya anak mau menulis/menyalin, sudah itu dulu. Langkah selanjutnya bagaimana ia menulis lebih rapi, memperhatikan tanda baca, dan seterusnya. Masih panjang perjalanan maka nikmatilah prosesnya.

Masya Allah, membahas tentang belajar menulis aja jadi sepanjang ini. Bagaimana dengan anak-anak, tantangan apa nih yang dialami? Bagi tips juga yah mengajarkan menulis ke anak.
2 comments on "Cerita Homeschooling SD: Belajar Menulis"
  1. Saluuut mba, ngajarinnya bener2 pakai strategi 👍👍. Jujur aku ga ada masalah soal begini, karena anakku juga ga HS. Jadi mau ga mau ya dia menulis Krn disuruh gurunya 😄

    Tapi aku pernah baca yg bakal hilang dalam waktu beberapa tahun lagi, salah satunya ya menulis manual.

    Mungkin Krn skr ini digital bgt yaa. Semua toh bisa ditulis secara digital, ga perlu lagi kertas, pensil, pulpen.

    Tapi aku ttp bersyukur anakku masih mengalami masa menulis manual. Biar dia tahu pengalaman seperti itu, sebelum nantinya benar2 ga terpakai lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tetap penting punya kemampuan menulis manual, mbaaa. Pen and paper itu masih sangat diperlukan di tengah semuanya yang serba digital apalagi tinggal di Indonesia yaah.

      That's why aku masih manual nulis jurnal supaya anakku lihat juga ibunya menulis pakai pulpen loh,

      Thanks yaaah

      Delete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,