Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Menerapkan Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah

Thursday, September 1, 2016


Sejak kecil di keluarga saya dibiasakan sebelum keluar rumah, kami pamit dengan mencium tangan orang tua sambil berkata “Assalamu’alaikum”. Kebiasaan ini menunjukkan rasa hormat anak pada orang tua dan meminta ijin untuk beraktivitas di luar rumah. Orang tua pun tidak khawatir. Pada keluarga lain, ada yang langsung keluar saja tanpa berpamitan. Ada pula yang berteriak dari pintu rumah, “Ma, aku pergi ya! Daa daa.”. Entah mama mendengar atau tidak.

Berpamitan sebelum pergi sekolah - dok. Indonesiabangga
Kisah di atas hanyalah salah satu contoh. Menurut saya kebiasaan di keluarga saya tersebut baik dan patut dilakukan hingga dewasa. Maka ketika menjumpai anak yang malas-malasan mencium tangan orang tua atau pergi tanpa pamitan, hal ini melanggar norma kesopanan. Bila anak tidak dibiasakan bersikap sopan pada keluarga terdekatnya, bagaimana ia bersikap dengan orang lain? Apa jadinya nanti dengan kawan, guru, atau rekan kerjanya kelak?


Era digital membuka arus pertukaran informasi yang semakin luas. Kita dengan mudah mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi lain. Kita, termasuk anak-anak, tak hanya menonton tetapi juga tanpa sadar dapat mengagumi dan meneladani hal-hal yang menyimpang dari norma agama maupun aturan yang berlaku. Hal ini menjadi salah satu faktor munculnya isu mengenai pentingnya pendidikan budi pekerti di sekolah. 

Budi pekerti sendiri dapat diartikan sebagai perbuatan yang diiringi dengan sebuah pemikiran yang baik (sesuai norma, adat istiadat, dan aturan yang berlaku). Dari pemerintah telah ada Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang berlaku sejak 13 Juli 2015. Peraturan ini menegaskan pentingnya budi pekerti dimiliki oleh tiap siswa sebagai calon penerus bangsa. 

Sebenarnya saya heran dengan pendidikan khusus ini. Selama ini sudah ada pendidikan akhlak dalam pelajaran agama serta Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn). Mengapa perlu ditambah lagi pendidikan budi pekerti di sekolah? 

Sebelumnya, marilah berpikir tujuan bersekolah itu untuk mendapat nilai baik atau memecahkan masalah? Kalau hanya untuk nilai A, mudah saja menjawab soal-soal pada pelajaran agama dan Pkn. Semua orang tahu kalau ada soal “Buanglah sampah di…”, jawabannya “tempat sampah”. Namun berapa orang yang benar-benar membuang sampah di tempat sampah?

Bila selama ini pendidikan akhlak dan moral masih sebatas teori, budi pekerti harus dinilai berdasarkan perilaku nyata murid. Saya pernah menjumpai di rapor keponakan ada komponen “sikap” yang masuk penilaian. Tidak semua murid jago matematika. Meski nilai akademisnya pas-pasan, kalau ia aktif bertanya dan bersikap sopan selama pelajaran maka nilai “sikap”-nya baik dan dapat mengangkat nilai rata-ratanya.

Penanaman akhlak dan moral ini butuh proses yang panjang melalui kebiasaan. Baiknya memang dimulai dari keluarga dimana sedari bayi paling intens berinteraksi. Selanjutnya di sekolah dan lingkungan ditanamkan kembali. Kesuksesannya membutuhkan kerja sama banyak pihak. Sejatinya orang tua tak hanya mengandalkan kepada guru. Di rumah pun orang tua memberi contoh budi pekerti yang baik karena anak menirukan apa yang orang tua lakukan, bukan yang orang tua katakan.
Children see, children do


Apa saja pendidikan budi pekerti yang dapat diterapkan? Berikut ini saduran dari Permendikbud No. 23 Tahun 2015 (sumber)

Kegiatan wajib yang harus dilaksanakan disekolah antara lain :
  1. Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
  2. Melaksanakan upacara bendera.
  3. Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib nasional atau satu lagu terkini yang menggambarkan semangat patriotisme dan cinta tanah air.
  4. Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan satu lagu daerah (lagu-lagu daerah seluruh Nusantara).
  5. Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran baru untuk mensosialisasikan: visi, aturan, materi, dan rencana capaian belajar.
  6. Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan rumah untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru dan orangtua.
  7. Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan kemampuan siswa.
  8. Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari).
  9. Seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.
  10. Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
Disamping kegiatan wajib yang harus dilakukan terdapat pula contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat diterapkan di sekolah dan di lingkungan rumah, seperti :
  1. Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat;
  2. Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana dan hikmat.
  3. Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai media dan kegiatan.
  4. Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai media dan kegiatan.
  5. Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.
  6. Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
  7. Membiasakan peserta didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan orangtua/wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga.
  8. Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian.
  9. Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya.
  10. Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang mengalami musibah atau kesusahan.
  11. Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
  12. Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan.
  13. Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
  14. Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada saat bergantian memakai fasilitas sekolah.
  15. Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.
  16. Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.
  17. Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.
  18. Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya).
  19. Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan;
  20. Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok;
  21. Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah
  22. Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
  23. Masyarakat dari berbagai profesi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman kepada siswa di dalam sekolah.

Post Comment
Post a Comment

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,