Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Fun with Samarinda Backpackers

Monday, January 21, 2013
Samarinda Backpackers goes to Pampang
 Strangers turn into friend in a second kalau bertemu dg gerombolan orang yang seiman (baca: sama-sama suka traveling). Itulah yang saya alami waktu berlibur ke Samarinda, Kalimantan Timur. Dari mulai turun bis dijemput bak ratu sampai diantar ke parkiran travel diiringi tangis haru.

TERIMA KASIH SEGEDE BORNEO BUAT SAMARINDA BACKPACKERS!

*mulai lebay*

Jump High oi Samarinda Backpackers!
 SB adalah sekumpulan pria dan wanita penggemar traveling a la backpacker yg berdomisili di Samarinda dan sekitarnya. Komunitas ini mulai naik daun dan sudah beberapa kali diliput di koran lokal. Dari Banjarmasin sampai Derawan sudah mereka jelajahi. So, kalau mampir ke Samarinda hubungi SB saja, untuk sekedar mentraktir mereka minum kopi atau jalan-jalan bersama.

sekilas iklan: join grup Samarinda Backpackers di Facebook, follow @smdbackpackers di twitter, dan mampir ke websitenya http://samarindabackpackers.com/

Ria, dedengkot Samarinda Backpackers (SB) yg saya kenal lewat Couchsurfing, berbaik hati menjadi host buat saya dan Nita. Kami sebagai turis lokal baru kali itu menginjak Kota Tepian alias Samarinda, ibukota Kaltim. Waktu ditanya mau jalan-jalan ke mana, kita ikut SB aja.
Dayak Kenyah performance at Pampang

Spot pertama: Kontrakan David and friends
Di sini ketemu beberapa SB sambil berkonsolidasi rute selanjutnya. Aslinya saya masih bislag (sodaranya jetlag) dan coba menghafal nama teman-teman baru ini. Buat mencairkan suasana, saya ikut nonton JKT48 yg lagi joged di tv. Kala itu saya baru tahu personil girlband ini ada yg WNA dan para lelaki di kontrakan tsb suka melihat aksi panggung mereka.

Spot kedua: Rumah Ria "The Host"
Rumahnya enak buat ngumpul sampai lupa waktu dan "diusir" ortunya. Setelah menaruh ransel di kamar dan melahap kolak, kami pun siap berangkat ke Pampang untuk menonton tarian dari suku Dayak.
Bamboo game from Dayak

Spot ketiga: Wisata Budaya Pampang
Sekitar 30 menit perjalanan diiringi hujan yang ababil hingga kami berhenti untuk memakai jas hujan. Memasuki kawasan Pampang, jalan mulai berlubang-lubang dan becek. Tarian suku Dayak ini hanya ada setiap hari Minggu pukul 14.00 di rumah adat bernama Lamin. Kali ini acara agak telat karena hujan dan beberapa pengisi acara sedang berlibur. Setelah membayar tiket masuk per orang Rp 15.000,- kami mengambil tempat yang tersisa di Lamin yg sudah dipadati pengunjung. Acara pertama adalah sambutan (macem acara resmi ya) kemudian ada 5 sampai 6 tarian bergantian dari anak-anak, remaja, ibu-ibu, sampai bapak-bapak. Ada tarian selamat datang untuk menyambut para tamu. Ada juga tarian yg menunjukkan bagaimana cara berburu menggunakan senjata tradisional yaitu bambu yg diisi lidi. David dan beberapa pengunjung diperbolehkan mencoba senjata ini untuk meletuskan balon. Yang paling rame saat permainan tradisional dg menggunakan bambu dan pemain harus melompatinya tanpa terjepit bambu itu (ampuni saya yg tak tahu namanya). Pengunjung yg awalnya duduk manis berebutan mau mencoba permainan itu. Tempo permainan yg semakin lama semakin cepat membuat seru bagi pemain dan penonton. Hingga akhirnya acara ditutup dg tarian perpisahan yg melibatkan semua penonton untuk menari bersama mengelilingi Lamin.

David is trying traditional weapon of Dayak Kenyah (pic by SB)
Di Pampang dijual souvenir khas Dayak dg harga terjangkau. Gelang, topi, rompi, dan aksesoris hasil kerajinan tangan suku Dayak. Untuk yg mau berfoto dg tetua Dayak yg bertelinga panjang juga ada. Sebaiknya bertanya dulu berapa yg harus dibayar untuk tiap jepretan dan kalau bisa nawar. Di sini kalau foto dengan suku dayak harus bayar. Untungnya teman-teman SB udah kasi warning. Eh tetap aja saya sempat kena todong dari bocah-bocah unyu yang ngikutin saya kesana kemari karena saya sempat candid mereka dari jauh. Kalau foto dg para remajanya bisa free, jangan lupa berterima kasih.
Di samping Lamin ada art gallery. Kami serombongan jadi pengunjung di sana dan heboh mencoba aksesoris yg sesungguhnya adalah barang dagangan. Pemiliknya adalah salah satu penari yg tampil tadi (kok saya lupa namanya). Kalau mau menyewa satu set pakaian Dayak untuk berfoto juga bisa, cukup membayar Rp 25.000,-. Ternyata rompi yang dipakai itu berat karena terdiri dari ribuan untaian manik-manik.
Farewell dance of Dayak (pic by SB)
Nita in Dayak custom clothing (pic by SB)
Spot keempat: Rumah Mas Adi
Mampir ke sini dan menghabiskan jajanan di rumahnya. Makasih mas mau kami repotkan. *pasang tampang innocent*

Spot kelima: Pisang Gapit 99
Wisata kuliner wajib hukumnya. Kami mencoba tempat baru yang menjual segala hal berbahan dasar pisang seperti pisang gapit (pisangnya dijepit) dan lempeng pisang (pisangnya dibuat menjadi lempengan campur tepung dan nangka). Pisang lempengnya enak dengan toping brown sugar, coklat, keju, dan kacang. Di sini semakin banyak anggota SB berkumpul sambil bertukar cerita seputar pengalaman traveling. Ada juga Mbak Sagala, CS Samarinda, yg bergabung. Satu kafe isinya SB semua deh. Sampe bapak pemilik kafe mengabadikan momen bahagia ini. Semoga anggota SB bisa meminta file foto ke bapak tsb.

Spot keenam: Rumah Pria
Ini memang rumah sekaligus toko seorang pria bernama Taufik Hidayat (bukan mantan pemain bulutangkis). Ke sini buat meminjam alat snorkeling dan kasur angin untuk bekal trip besok ke Pulau Beras Basah di Bontang.

Spot ketujuh: Kamar Ria
Capek berkeliling dari pagi sampai malam, mari kita tidur!
Kalau tidur di rumah Ria, ga bakal bangun kesiangan. Bapaknya rajin dengerin pengajian dan memutar musik dangdut pagi-pagi. Asoy..

Spot ketujuh: Bubur Ayam Antasari
David yg gencar ngajakin makan nasi kuning dini hari yg katanya enaaak malah telat datang. Jadilah sudah panas dan macet (parah deh macetnya Samarinda) kami sarapan buryam. Buburnya beda, berkuah dan agak pink. Segar dan porsinya banyak. Saya bertemu dg teman kuliah, Dhani, di sini. Eh rejeki emang ga kemana, kami malah ditraktir Dhani, makasih yaa! Semoga cepet pindah ke Jakarta. *lho..
Wearing Hijab in Islamic Center
Dhani and Bedug gedhe at Islamic Center
Kasir Kotak Amal di Islamic Center

Islamic Center at Samarinda

Spot kedelapan: Islamic Center
Ini kompleks masjid terbesar se-Asia Tenggara, Melebihi masjid Istiqlal di Jakarta. Selain masjid juga ada komplek perumahan pengurus masjid. Gempor kalau jalan kaki so sebaiknya berkeliling dg kendaraan. Ada penyewaan jubah bagi pengunjung supaya auratnya tertutup. Kami bertemu duo bule dari Perancis yg sebelumnya kami temui di Pampang.

Spot kesembilan: Pangkalan Bus
Mengantar Nita yang akan kembali ke Balikpapan. Sebenarnya ada terminal Sei Kunjang untuk bus Samarinda-Balikpapan namun di pangkalan pinggir jalan ini tidak perlu menunggu lama hingga bus berangkat. Tarif bus non AC Samarinda-Balikpapan RP 20.000,- ada juga bus AC dg tarif sekitar Rp 30.000,-. Masuk-Keluar Samarinda ditandai dg jembatan Mahakam. Dari Balikpapan sebelum melewati jembatan ini disebut daerah Samarinda Seberang dan setelah melewati jembatan disebut Samarinda Kota.
Beras Basah island at Bontang
Spot kesepuluh: Bontang 
Samarinda - Bontang normalnya ditempuh dalam waktu 2,5 hingga 3 jam perjalanan. Tujuan utama kami ke Pulau Beras Basah untuk snorkeling.

Over all, it was splendid experience with Samarinda Backpackers even only for 2 days. They were very helpful during my visit to Kota Tepian. Definitely I'm going to go there again. Or maybe they want to visit Togean islands in Celebes, I'd love to be their host :) *sewa satu masjid buat nginep*

Kenali dan Kenalkan Indonesia
@helenamantra


2 comments on "Fun with Samarinda Backpackers"

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,