Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Cara Mencegah Alergi Pada Anak Untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal

Friday, April 1, 2016


1 dari 12 anak Indonesia terlahir dengan risiko alergi protein susu sapi dan 1 dari 25 anak mengalami alergi protein susu sapi. Pernyataan ini menjadi pembuka dalam NutriTalk di DoubleTree Jakarta, pekan lalu. Talkshow yang diadakan Sari Husada kali ini mengangkat judul Early Life Nutrition: Dasar-Dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi. Risiko ini bisa dicegah sebelum berlanjut menjadi alergi yang akan mengganggu tumbuh kembang anak. Bagaimana caranya? Bila orang tuanya sehat-sehat saja, apa melahirkan anak yang alergi? Bagaimana kalau sudah terlanjur alergi? Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut mari kita simak ulasan dari narasumber yang telah saya rangkum berikut ini.
Sebelum acara inti, ada penjelasan awal tentang 1000 hari pertama kehidupan dan alergi 

Jangan Anggap Sepele Alergi


“Penyakit alergi merupakan reaksi yang berbeda/menyimpang dari normal terhadap berbagai rangsangan/zat dari luar tubuh.”, ujar Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, M.Kes, Sp.A (K). Sumber alergi atau alergen dari makanan, debu, dan obat-obatan. Alergen penting yang banyak dilaporkan saat tahun pertama kehidupan seperti: susu sapi, telur, makanan laut (udang dan kepiting), ikan, kacang-kacangan, dan gandum. Anak yang memiliki bakat alergi (atopi) yang diturunkan satu atau kedua orang tuanya mudah terkena alergi. Meskipun dipengaruhi faktor genetik, ada kemungkinan alergi tidak muncul bila tidak ada lingkungan yang memicu.


Dampak Alergi


Dampak dari alergi ada yang ringan, ada yang berat. Saya pernah menjumpai anak dengan alergi berat akan kacang, bahkan mencium bau selai kacang dari jarak dua meter pun bisa berbahaya efeknya. Dia selalu ditemani anjing yang dilatih khusus mendeteksi kacang. Terbayang betapa rumitnya hidup gadis kecil itu. Berikut beberapa dampak lain dari alergi:
  • Gangguan saluran pernapasan seperti asma, rhinitis alergika, batuk, dan bersin. Bayi menjadi sulit menetek dan makan sehingga asupan nutrisi kurang dan mengganggu pertumbuhan.
  • Bayi menjadi susah tidur dan sering terbangun. Dibutuhkan tidur 8 jam untuk pertumbuhan optimal. Bila waktu tidurnya berkurang dapat menghambat pertumbuhan.
  • Gangguan beraktivitas dan gangguan tidur bagi penderita urtikaria (biduran), dermatitis atopi (radang kulit berulang disertai gatal), dan konjungtivitis alergi (radang selaput lendir pada mata).

Menghitung Risiko Alergi


Alergi diturunkan secara genetika. Untuk menilai seberapa besar anak terlahir dengan risiko alergi, dibutuhkan riwayat alergi keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan saudara kandung. Sebagai contoh, saya menghitung risiko alergi untuk babySID dengan mengacu ke Kartu Deteksi Dini Risiko Alergi Imunologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).


Suami saya sering bersin-bersin saat malam hari dan paginya setelah matahari terbit, bersin pun hilang. Sepertinya ia alergi dingin. Nilai ayah: 1. Saya pernah dinyatakan alergi debu oleh dokter. Nilai ibu: 2. Karena babySID adalah anak pertama, maka tidak ada saudara kandung. Nilai saudara kandung: 0. Hasil penjumlahan nilai ayah, ibu, dan saudara kandung adalah 3. BabySID memiliki risiko sedang (20-40% berisiko alergi).
Berapa % risiko alergi ananda?
Bila ada riwayat alergi pada keluarga, risiko anak alergi semakin tinggi. Bahkan risiko mencapai 60-80% jika kedua orang tua memiliki jenis alergi yang sama. Bagi orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi pun masih ada risiko anak alergi sebesar 5-15%. Dengan mengetahui nilai risiko alergi anak, pencegahan dan penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.

Prof. Budi menambahkan untuk mendeteksi alergi dapat dilakukan skin prick test (SPT). Bila hasilnya negatif maka tidak alergi. Namun bila hasilnya positif, kemungkinan 50% alergi.

Pencegahan Sejak Dini


Setelah mengetahui risiko alergi anak, lakukan langkah pencegahan supaya tidak terjadi alergi. Penting diketahui bahwa pencegahan ini dimulai sejak bayi dalam kandungan. Langkah pencegahannya antara lain:
  1. Ibu hamil boleh makan apa saja kecuali makanan yang membuat si ibu alergi
  2. Bayi yang terlahir secara normal (bukan operasi Caesar) cenderung lebih rendah risiko terkena alergi.
  3. Berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan.
  4. Selama menyusui, ibu boleh makan apa saja kecuali makanan yang membuat si ibu alergi. 
  5. Kalau pemberian ASI tidak memungkinkan, beri susu formula hidrolisat parsial atau ekstensif. Protein yang terhidrolisis parsial merupakan hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga mudah dicerna anak.
  6. Berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) saat bayi berusia 6 bulan (jangan terlalu awal atau tertunda). MP-ASI yang tertunda dapat menyebabkan risiko atopi. Boleh makanan apa saja asalkan teksturnya sesuai umur.
  7. Waspada obesitas pada anak karena memicu risiko alergi.
  8. Vaksinasi
  9. Hindari pajanan asap rokok
Narasumber menjawab pertanyaan peserta

Kenali dan Hindari Pemicu Alergi


Bagi anak yang mengalami alergi, kenali pemicunya dan hindari supaya tidak terulang atau semakin parah. Misal, anak yang alergi protein susu sapi dapat diberikan formula dengan isolat protein kedelai yang memiliki manfaat sama dengan protein susu sapi dan rasanya enak sehingga kebutuhan proteinnya tetap terpenuhi dan ia tumbuh dengan optimal.

Berdasarkan penelitian, lebih dari 90% alergi makanan seperti alergi protein susu sapi dapat hilang dengan sendirinya saat anak usia 5 tahun.

1000 Hari Pertama Kehidupan

Periode emas penentu kesehatan masa depan anak dimulai sejak awal kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Saat itu anak tumbuh pesat dan berkembang dengan signifikan. Supaya tumbuh kembang anak optimal, diperlukan asupan nutrisi yang tepat. Gizi baik yang didapatkan pada 1000 hari pertama tersebut berpengaruh jangka pendek pada kesehatan bayi dan jangka panjang hingga ia dewasa. Contohnya: risiko penyakit jantung berkurang 25%, kemampuan kognitif yang lebih tinggi saat dewasa, berkurangnya 20% risiko memiliki keturunan yang terlahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah, juga memiliki penghasilan 46% lebih tinggi ketika dewasa.

DR. Dr. Rini Sekartini, Sp. A (K) selaku konsultan tumbuh kembang anak RSCM Jakarta menjelaskan bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangannya anak membutuhkan fisis biologis, kasih sayang, dan stimulasi. Sudah sewajarnya bagi orang tua untuk 100% memenuhi kebutuhan anak tersebut.

Berikan 100% untuk masing-masing kebutuhan

Tahap pertumbuhan anak dari janin – bayi – batita - balita – anak usia sekolah – remaja dengan kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda. Alergi makanan dapat mengganggu pertumbuhan tersebut, antara lain karena: lambatnya diagnosis, alergi muncul di usia dini, alergi pada beberapa jenis makanan, atau adanya pantangan makanan terutama pada makanan yang bergizi tinggi seperti susu dan telur. 

Anak pada usia pertumbuhan membutuhkan gizi seimbang. Bila anak tersebut alergi seperti pada alergi protein susu sapi, kebutuhan gizi terutama protein menjadi tidak terpenuhi. Terlebih lagi orang tua tidak mencari makanan pengganti lain untuk mencukupi gizi anak. Untuk itu dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat guna mencegah alergi supaya tidak terjadi. Intervensi ini juga memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Masalah gangguan gizi pun dapat segera ditangani. Perlu diingat, intervensi efektif dilakukan hingga anak usia 2 tahun. Di atas usia 2 tahun tetap bisa dilakukan dan anak tetap berkembang namun pertumbuhannya sedikit terhambat.

Setelah mengetahui seluk-beluk alergi dan pentingnya nutrisi di 1000 hari pertama kehidupan anak maka pencegahan terhadap risiko alergi dapat dilakukan sedini mungkin. Sebagai orang tua, mari kita dukung tumbuh kembang si kecil dengan optimal.
11 comments on "Cara Mencegah Alergi Pada Anak Untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal"
  1. makasih artikelnya mba helenaaa.., kebetulan salah satu anakku ada yang alergi nih...

    ReplyDelete
  2. informasinya bermanfaat banget mbak.. anakku sih alhamdulillah nggak alergi, tapi bisa banget dibagikan saat arisan PKK nih infonya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah syukur mba kalo anak sehat
      semoga bermanfaat buat ibu-ibu PKK

      Delete
  3. iya nih, adek saya alergi udang, kalo makan udang suka gatel2, kasian deh

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, anak-anak saya gak ada yang alergi sama sesuatu. Cuma memang soal makanan mereka ada yang gak doyan, tapi tentu ini bukan alergi namanya ya? Cuma perkara selera aja, hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamduillah kalau sehat-sehat. Yang penting gizi seimbang untuk pertumbuhan optimal

      Delete
  5. Kadang-kadang alergi juga bikin penderitanya jadi ketergantungan obat, itu gimana ya mbak cara mengatasinya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. minum obat kalau alergi kambuh? sebaiknya hindari hal yang menyebabkan alergi, jadi tidak perlu minum obat.

      Delete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,